Full Description
Syarah Hadits
(Barangsiapa yang pada waktu paginya merasakan ketentraman hati)
﴿ شرح حديث (من أصبح آمنا في سربه) ﴾
Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah shalallahu ‘alai wasallam, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.
Amma Ba’du:
Diriwayatkan oleh Imam Al-Tutmudzi di dalam sunannya dari Abdullah bin Muhsin Al-Khutami bahwa Nabi Muhammand shalallahu ‘alai wasallam bersabda: Barangsiapa yang pada waktu paginya merasakan ketentraman hati, sehat pada jasmaninya, dia memilki makanan untuk hari itu maka sungguh seakan dunia telah dikumpulkan untuk dirinya”.[1]
Sabda Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam artinya: (Pada waktu paginya) artinya menghadapai pagi hari itu. Di dalam hadits ini terdapat isyarat bahwa seyogyanya bagi orang yang beriman untuk tidak memusingkan urusan yang berhubungan dengan masa depan, sebab perkara tersebut di tangan Allah, Dialah yang mengurusi segala urusan, menentukan segala taqdir, maka hendaklah dia berbaik sangka kepada Tuhannya dan bersikap optimis dengan kebaikan.
Sabda Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam yang artinya: (merasakan ketentraman dalam hatinya) maksudnya adalah merasa aman terhadap keadaan sanak keluarganya, dikatakan juga maknanya: merasa aman di dalam rumah dan perjalanannya, di katakana juga maknanya adalah: merasa aman di dalam rumahnya, dia merasa aman dari ancaman pembunuhan orang lain, atau aman dari pencurian yang mungkin terjadi atau aman terhadap ancaman yang mengarah kepada kehormatannya.
Nikamat aman termasuk salah satu nikmat besar yang diberikan oleh Allah kepada para hamba -Nya setelah nikmat iman dan Islam, dan tidak akan merasakan kenikmatan ini kecuali orang yang telah kehilangan nikmat ini, seperti orang-orang yang hidup di Negara-negara yang kehilangan jaminan keamanannya, atau orang yang hidup pada masa peperangan yang berkecamuk sehingga membinasakan tumbuhan dan hewan, mereka tidur di bawah raungan peshalallahu ‘alai wasallamat-peshalallahu ‘alai wasallamat perang dan dentuman meriam, seseorang yang hidup pada masa seperti itu meletakkan tangannya di atas hatinya sambil menunggu ancaman kematian pada setiap saat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä óOs9uﷺ (#þqÝ¡Î6ù=t OßguZ»yJÎ) AOù=ÝàÎ/ y7Í´¯»s9'ﷺé& ãNßgs9 ß`øBF{$# Nèduﷺ tbrßtGôgB ÇÑËÈ ﴾ ( الأنعام: 82 )
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An’am: 82)
Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah menjanjikan bagi orang-orang yang beriman untuk mendapatkan nikmat kemanan pada saat mereka mewujudkan tauhid, mengikhlaskan keimanan dan beramal shaleh. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman;
قال الله تعالى: ﴿ ytãuﷺ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä óOä3ZÏB (#qè=ÏJtãuﷺ ÏM»ysÎ=»¢Á9$# óOßg¨ZxÿÎ=øÜtGó¡us9 Îû ÇÚöF{$# $yJ2 y#n=÷tGó$# úïÏ%©!$# `ÏB öNÎgÎ=ö6s% £`uZÅj3uKãs9uﷺ öNçlm; ãNåks]Ï Ï%©!$# 4Ó|Ós?ö$# öNçlm; Nåk¨]s9Ïdt7ãs9uﷺ .`ÏiB Ï÷èt/ öNÎgÏùöqyz $YZøBﷺ& 4 ÓÍ_tRrßç6÷èt w cqä.Îô³ç Î1 $\«øx© 4 `tBuﷺ txÿ2 y÷èt/ y7Ï9ºs y7Í´¯»s9'ﷺé'sù ãNèd tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÎÎÈ ﴾ ( النور:55)
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai -Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah -Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Nur: 55)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ Iwﷺ& cÎ) uä!$uÏ9÷ﷺﷺ& «!$# w êöqyz óOÎgøn=tæ wuﷺ öNèd cqçRtøts ÇÏËÈ úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qçR%2uﷺ cqà)Gt ÇÏÌÈ ÞOßgs9 3tô±ç6ø9$# Îû Ío4quysø9$# $u÷R9$# Îûuﷺ ÍotÅzFy$# 4 w @Ïö7s? ÏM»uHÍ>x6Ï9 «!$# 4 Ï9ºs uqèd ãöqxÿø9$# ÞOÏàyèø9$# ÇÏÍÈ ﴾ ( يونس: 62-64 )
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (QS. Yunus: 62-64).
Sabda Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam yang artinya: (Sehat pada jasmaninya) maksudnya adalah sehat dan selamat dari segala cacat dan penyakit. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab Al-Musnad dari Anas bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda:
(( اللهم إني أعذبك من البرص والجنون و الجذام سيئ الأسقام ))
Ya Allah sesungguhnya aku berlindung dengan -Mu dari penyakit belang, gila, kusta dan penyakit yang buruk”.[2]
Dan Nabi Muhammad meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala baik pada waktu pagi dan petang kesehatan dan keselamatan dalam agama, diri, keluarga dan harta serta beliau memerintahkan shahabat untuk melakukan hal yang sama. Diriwayatkan oleh imam Abu Dawud dari Abdullah bin Umar RA berkata: Rasulullah shalallahu ‘alai wasallam tidak pernah meninggalkan do’a ini baik pada waktu pagi dan petang:
(( اللهم إني أسألك العافية في الدنيا والآخرة اللهم إني أسألك العفو والعافية في ديني ودنياي وأهلي ومالي ))
Ya Allah aku memohon kepada -Mu keselamatan baik di dunia dan akherat, Ya Allah aku memohon kepada -Mu ampunan, keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku”.[3]
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi di dalam sunannya dari Mu’adz bin Rifa’ah dari bapaknya berkata: Abu Bakar berdiri di atas mimbar kemudian menangis lalu berkata: Sungguh Rasulullah shalallahu ‘alai wasallam berdiri pada tahun pertama di atas mimbar kemudian menangis, dan beliau bersabda: Mintalah kepada Allah subhanahu wa ta’ala ampunan dan keselamatan, sesungguhnya seseorang tidak diberikan sesuatu setelah keyakinan yang lebih baik dari keselamatan”.[4]
Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam memberitahukan bahwa banyak manusia yang tertipu dan meremehkan nikamat ini. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Abdullah bin Abbas RA berkata: Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda: Dua nikmat yang banyak manusia merugi padanya yaitu nikmat sehat dan waktu luang”.[5]
Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam telah memberikan peringatan agar seseorang menjaga waktu sehatnya sebelum datang masa sakitnya. Diriwayatkan oleh Al-Hakim di dalam kitab Al-Mustadrok dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda: “Jagalah lima hal sebelum datangnya lima keadaan, dan di antara yang disebutkan: dan jangalah sehatmu sebelum sakitmu”.[6]
Dan Ibnu Umar RA sebagimana diriwayatkan di dalam shahih Bukhari berkata: Apabila kamu berada di waktu pagi maka janganlah menunggu waktu sore dan apabila kamu berada pada waktu sore maka janganlah menunggu waktu pagi, dan manfaatkanlah waktu sehatmu untuk kemaslahatan waktu sakitmu dan masa hidupmu untuk kemaslahatan matimu”.[7]
Orang yang selalu mengunjungi rumah sakit akan mengetahui penyakit-penyakit yang diderita oleh saudara-saudaranya, di mana sebagian penyakit tersebut tidak bisa ditangani oleh ilmu kedokteran moderen, maka hendaklah dia memuji Allah subhanahu wa ta’ala atas nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepadanya. Maha Benar Allah dengan firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ Nä39s?#uäuﷺ `ÏiB Èe@à2 $tB çnqßJçGø9ﷺ'y 4 bÎ)uﷺ (#ﷺãès? |MyJ÷èÏR «!$# w !$ydqÝÁøtéB 3 cÎ) z`»|¡SM}$# ×Pqè=sàs9 Ö$¤ÿ2 ÇÌÍÈ ﴾ ( إبراهيم: 34 )
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari nikmat Allah. (QS. Ibrahim: 34).
Dan Sabada Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam: (dia memilki makanan untuk hari itu), maksudnya makanan yang mencukupi kebutuhan hidupnya untuk hari itu. Dan makanan termasuk salah satu nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang besar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ ﴾
( القريش: 3-4 )
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (QS. Quraisy: 3-4)
Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari kelaparan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam kitab sunan -nya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda: Ya Allah aku berlindung kepada -Mu dari kelaparan sebab dia adalah seburuk-buruk teman tidur”.[8]
Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam memohon kepada Tuhannya rizki yang cukup, yaitu kadar yang bisa mencukupi kebutuhannya. Diiriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda: Ya Allah jadikanlah rizki keluarga Muhammad makanan kesehariannya”.[9]
Dari apa yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa barangsiapa yang terkumpul di dalam dirinya tiga perkara di atas maka dia seakan telah memiliki seluruh dunia, dan sungguh masayarakat menguasai berlipat-lipat dari apa yang telah disebutkan di dalam hadits tersebut, namun mereka mengingkarinya, merendahkan apa yang mereka miliki sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قال الله تعالى: ﴿ يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللّهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ﴾ ( النحل: 83)
Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al-Nahl: 83)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ أَفَبِنِعْمَةِ اللّهِ يَجْحَدُونَ ﴾ ( النحل: 71)
Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?. (QS. Al-Nahl: 71)
Dan obat dari penyakit ini adalah hendaklah seseorang memandang kepada orang yang kehilangan nikmat tersebut atau kehilangan sebagiannya, sebagaimana telah disebutkan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam di dalam sebuah riwayat di dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda: Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kalian dan janganlah memandang kepada orang yang lebih tinggi dari kalian, sebab hal itu lebih pantas agar kalian tidak merendahkan nikmat Allah”.[10]
Ibnu Jarir dan yang lainnya berkata: Hadits ini sangat luas mencakup berbagai macam kebaikan, sebab jika seseorang melihat kepada orang yang dilebihkan dari sisi harta maka dirinya akan menuntut seperti itu, dan akan menganggap remeh nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang ada pada dirinya, dan dia akan selalu berusaha untuk memperbanyak dan mengumpulkan harta agar bisa mengejar kekurangan atau mendekati jumlah, inilah realita yang terjadi pada diri manusia. Akan tetapi jika seseorang memandang kepada orang yang lebih rendah dalam urusan duniawi maka akan nampak pada dirinya harga nikmat Allah subhanahu wa ta’ala, dengan hal itu dia akan mensyukurinya dan bersikap merendah diri serta akan berbuat kebaikan”.[11]
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash RA bahwa seseorang meminta kepadanya dan berkata: Bukankah kita adalah orang-orang fakir dari golongan kaum muhajirin?. Abdullah berkata: Apakah engkau memiliki istri sebagai teman hidupmu?. Dia berkata: ya. Abdullah berkata: Tidakkah engkau memiliki rumah sebagai tempat tinggal?. Lelaki itu berkata: Ya. Abdullah berkata: kalau begitu engkau termasuk orang yang kaya. Lelaki itu berkata kembali: Saya juga memiliki seorang pembantu. Abdullah berkata: Engkau termasuk raja”.[12]
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
[1] Al-Turmudzi: 4/547 no: 2346
[2] Musnad Imam Ahmad: 3/192
[3] Abu Dawud: no: 5074
[4] HR. Al-Turmudzi di dalam kitab sunannya: no: 3558
[5] Al-Bukhari: no: 6412
[6] HR. Al-Hakim di dalam kitab AL-Mustadrok: 3/341 no: 7844 dan dia berkata: ini adalah hadits yang shahih dengan syarat al-Syaikhaini dan mereka berdua tidak mengelurkan hadits ini, dan dihahihkan oleh syekh Al-Albani di dalam kitab Al-Jami’us Shagir: 1/244 no: 1077
[7] Al-Bukhari: no: 6416
[8] HR. Abu Dawud: no: 1547
[9] Al-Bukhari: no: 6460 dan Muslim: 4/2281 no: 1055
[10] Al-Bukhari: 4/189 no: 6490 dan Muslim: 4/2275 no: 2963
[11] Shahih Muslim syrhan Nawawi: 6/97
[12] Shahih Muslim: no: 2979