×
Pertanyaan yang dijawab oleh Samahah Syaikh Abdul Aziz bin Baz –rahimahullah- yang berbunyi: “ Apakah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berada di setiap tempat? Apakah beliau mengetahui perkara gaib?”

    Hukum Meyakini Bahwa Rasulullah SHALALLHU’ALAIHI WA SALLAM Ada Di Setiap Tempat Dan Mengetahui Perkara Gaib

    ] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

    Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Baz rahimahullah

    Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali

    Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

    2011 - 1432

    ﴿ حكم الاعتقاد بوجود الرسول صلى الله عليه وسلم

    في كل مكان وعلمه الغيب

    « باللغة الإندونيسية »

    الشيخ عبد العزيز بن عبد الله باز رحمه الله

    ترجمة: محمد إقبال أحمد غزالي

    مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو

    2011 - 1432

    Hukum Meyakini Bahwa Rasulullah SHALALLHU’ALAIHI WA SALLAM Ada Di Setiap Tempat Dan Mengetahui Perkara Gaib

    Pertanyaan: Apakah Rasulullah shalallhu’alaihi wa sallam berada di setiap tempat? Apakah beliau mengetahui perkara gaib?

    Jawaban: Sudah diketahui dengan mudah dalam agama dan dengan dalil-dalil syara’ bahwa Nabi Muhammad shalallhu’alaihi wa sallam tidak berada di setiap tempat, dan sesungguhnya jasad beliau hanya ada dalam kuburnya saja di Madinah al-Munawwarah. Adapun ruhnya, berada di rafiq a’la di surga. Hal itu ditunjukkan dari ucapan beliau menjelang wafatnya, beliau berdo’a: ‘Ya Allah, pada rafiq yang tinggi.’[1] Tiga kali, kemudian beliau wafat. Para ulama ijma’ (consensus) dari generasi sahabat hingga generasi sesudahnya bahwa Nabi Muhammad shalallhu’alaihi wa sallam dikuburkan di rumah Aisyah Rhadiyallahu’anhu yang berdampingan denngan masjidnya yang mulia, dan jasadnya tetap ada di dalamnya hingga saat ini. Adapun ruhnya dan ruh-ruh para nabi dan rasul serta ruh-ruh orang yang beriman maka semuanya ada di surga, namun berada pada tingkatan yang berbeda-beda dalam nikmat dan derajatnya, menurut keistimewaan yang diberikan Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada semua, berupa ilmu dan iman, dan sabar dalam memikul beban dalam berdakwah kepada kebenaran.

    Adapun perkara gaib maka tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa ta’alla saja. Rasulullah shalallhu’alaihi wa sallam dan makhluk lainnya hanya mengetahui perkara gaib yang diperlihatkan Allah Subhanahu wa ta’alla kepada mereka yang terdapat dalam al-Qur`an dan Sunnah yang suci, berupa penjelasannya untuk perkara-perkara surga dan neraka, kondisi di hari kiamat dan yang lainnya, yang ditunjukkan oleh al-Qur`an dan hadits-hadits yang shahih, seperti berita Dajjal, matahari terbit dari tempat tenggelamnya, keluarnya binatang dari dalam tanah, turunnya Nabi Isa putra Maryam di akhir zaman dan semisal yang demikian itu, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa ta’alla dalam surah an-Naml:

    قال الله تعالى: {قُل لَّا يَعۡلَمُ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ٱلۡغَيۡبَ إِلَّا ٱللَّهُۚ وَمَا يَشۡعُرُونَ أَيَّانَ يُبۡعَثُونَ٦٥} [النمل: 65]

    Katakanlah:"Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (QS. An-Naml:65)

    Dan firman Allah Subhanahu wa ta’alla:

    قال الله تعالى: {قُل لَّآ أَقُولُ لَكُمۡ عِندِي خَزَآئِنُ ٱللَّهِ وَلَآ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ ... ٥٠} [ الأنعام: 50]

    Katakanlah:"Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib … (QS. Al-An’aam:50)

    Dan firman Allah Subhanahu wa ta’alla dalam surah al-A’raaf:

    قال الله تعالى: {قُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِي نَفۡعٗا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ وَلَوۡ كُنتُ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ لَٱسۡتَكۡثَرۡتُ مِنَ ٱلۡخَيۡرِ وَمَا مَسَّنِيَ ٱلسُّوٓءُۚ إِنۡ أَنَا۠ إِلَّا نَذِيرٞ وَبَشِيرٞ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ١٨٨} [ الأنعام: 50]

    Katakanlah:"Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al-A’raaf:188)

    Ayat-ayat dalam makna ini sangat banyak.

    Dan diriwayatkan dalam hadits shahih dari Rasulullah shalallhu’alaihi wa sallam dalam hadits-hadits yang menunjukkan bahwa beliau tidak mengetahui perkara gaib: di antaranya yang diriwayatkan dalam jawabannya terhadap Jibril ‘Alaihissalam. tatkala bertanya kepada beliau tentang hari kiamat: “Tidaklah yang ditanya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Kemudian beliau bersabda: ‘Dalam lima perkara yang tidak mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa ta’alla, kemudian beliau membaca:

    قال الله تعالى: {إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلۡمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلۡغَيۡثَ ... ٣٤} [ لقمان: 34]

    Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, (QS. Luqman:34)[2]

    Di antaranya: bahwa ketika Aisyah radhiyallahu ‘anhu dituduh melakukan perbuatan keji, Nabi Muhammad shalallhu’alaihi wa sallam tidak mengetahui bebasnya Aisyah dari tuduhan itu kecuali dengan turunnya wahyu sebagaimana dalam surah an-Nuur.

    Di antaranya: tatkala hilang kalung Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam salah satu peperangan, beliau tidak mengetahui tempatnya dan mengutus beberapa orang sahabat untuk mencarinya namun mereka tidak menemukannya, dan tatkala untanya berdiri, mereka menemukannya di bawahnya. Ini hanyalah sedikit contoh dari banyaknya hadits-hadits yang menunjukkan pengertian ini.

    Adapun yang diduga oleh sebagian kaum sufi bahwa beliau mengetahui perkara gaib dan hadir di sisi mereka saat perayaan maulid dan yang lainnya, maka ia adalah keyakinan batil yang tidak ada dasarnya. Kejahilan mereka terhadap al-Qur`an dan sunnah dan pemahaman salafus shalih menyeret mereka kepada keyakinan yang batil ini. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’alla untuk kita dan semua kaum muslimin keselamatan dari bala` yang ditimpakan kepada mereka. Sebagaimana kami memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’alla agar memberi petunjuk kepada kita dan mereka semua kepada jalan yang lurus, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.

    Syaikh Bin Baz, al-Mujahid 66/tahun ketiga, edisi 33 dan 34- Muharram/Shafar 1412 H.

    [1] HR. al-Bukhari 4437 dan Muslim 87 dan 2444.

    [2] HR. al-Bukhari 50 dan Muslim 9 dari hadits Abu Hurairah ra.