Full Description
Berbuat Baik
﴿ الإحسان ﴾
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Mahmud Muhammad al-Khazandar
Terjemah : Muhammad Iqbal Ghazali
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2009 - 1430
﴿ الإحسان ﴾
« باللغة الإندونيسية »
محمود محمد الخزندار
(من كتاب هذه أخلاقنا حين نكون مؤمنين : ص 487-491)
ترجمة: محمد إقبال غزالي
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2009 - 1430
Berbuat Baik
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ
Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah I berbuat baik kepadamu.
Sesungguhnya agama mewajibkan kepada para pengikutnya (berbuat baik) dalam segala hal dan tidak ridha dari para pengikutnya menyukai keburukan atau melakukannya. Maka sesuatu yang diajak oleh agama kita adalah yang tertinggi dari perbuatan kita sehari-hari yang salah yang merancukan gambaran akhlak dalam agama ini.
Sejak langkah pertama di atas pintu Islam, kita dituntut untuk memperbaiki Islam kita agar dilipatgandakan pahala kita. Al-Bukhari meriwayatkan:
إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلاَمَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضعْفٍ وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا
"Apabila seseorang dari kalian memperbaiki Islamnya, maka setiap kebaikan yang dilakukannya ditulis untuknya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, dan setiap keburukan yang dilakukannya ditulis baginya seumpamanya."[1]
Bahkan sesungguhnya tumpukan (dosa) di masa jahiliyah yang membebani pundak orang yang baru mendapat petunjuk, ia tidak bisa bebas darinya kecuali dengan taubat yang benar dan memperbaiki amal perbuatan. Karena itulah Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ أَحْسَنَ فِى اْلإِسْلاَمِ لَمْ يُؤَاخَذْ بِمَا عَمِلَ فِى الْجَاهِلِيَّةِ وَمَنْ أَسَاءَ فِى اْلإِسْلاَمِ أُخِذَ بِاْلأَوَّلِ وَاْلآخِرِ
"Barangsiapa yang baik di dalam Islam, niscaya ia tidak terkana sangsi karena perbuatannya di masa jahiliyah, dan barangsiapa yang berbuat jahat di dalam Islam niscaya ia terkena sangsi karena dosa yang pertama (di masa lalu) dan yang terakhir."[2]
Ihsan adalah profesional dalam bekerja, baik dalam pelaksanaan, dan bagus dalam memberi yang meliputi fenomena kehidupan seorang laki-laki yang benar-benar baik. Maka jika engkau melihat akhlaknya engkau menemukan akhlaknya yang baik, dan sesungguhnya orang yang paling dicintai dan paling dekat kepada Rasulullah ﷺ adalah (Yang paling baik akhlaknya darimu)[3]. Dan apabila engkau melihat kepada semua perbuatan orang yang baik niscaya engkau menemukan perbuatan ihsan padanya secara umum, karena itulah Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa termasuk sebaik-baik manusia adalah:
مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ
"Orang yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya."[4]
Sesungguhnya semua asfek kehidupan merupakan lahan untuk menaiki tangga kebaikan, karena itulah larangan mengharap kematian dikarenakan yang disebutkan dalam riwayat al-Bukhari:
لاَيَتَمَنَّى أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ, إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ يَزْدَادُ وَإِمَّا مُسِيْئًا فَلَعَلَّهُ يَسْتَعْتِبُ
"Janganlah seseorang darimu mengharapkan kematian, bisa jadi ia orang yang baik maka ia menambah kebaikan, dan bisa jadi ia adalah orang yang jahat maka kembali dari perbuatan jahat (bertaubat)."[5]
Maka ihsan menggiringnya kepada taubat dan intropeksi diri sebelum tibanya kematian. Sehingga gambaran membunuh (dalam qisas) dan menyembelih, gambaran perbuatan keras yang bisa diisi dengan perbuatan ihsan:
وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ
"…dan hendaklah seseorang darimu menajamkan pisau (golok)nya dan melapangkan sembelihannya."[6]
Shalat merupakan salah satu sarana untuk menanamkan sifat ihsan di dalam jiwa karena ia menghalangi dari perbuatan keji dan munkar dan seorang mukmin berdoa dengan dosa yang ma'tsur:
اللهُمَّ اهْدِنِي ِلأَحْسَنِ اْلأَخْلاَقِ لاَيَهْدِي ِلأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنيِّ سَيِّئَهَا لاَيَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ
"Ya Allah, berilah petunjuk kepadaku kepada akhlak yang paling baik, tidak bisa memberi petunjuk kepada yang terbaik kecuali Engkau, palingkanlah dariku keburukannya, tidak bisa memalingkan keburukannya dariku kecuali Engkau."[7]
Medan jihad merupakan salah satu kesempatan naik dengan akhlak, membersihkan tabiat buruk, dan menambah dalam ihsan. Disebutkan dalam sunan Ibnu Majah: "Wahai Aktsam, berperanglah bersama selain kaummu niscaya baik akhlakmu dan engkau mulia bersama teman-temanmu…'[8] Biasanya keluar (dari wilayahnya,) termasuk yang berat terhadap jiwa dan bergabung bersama kaum yang lain dalam jihad fi sabilillah merupakan kesempatan untuk mendapat pengaruh kebaikan yang ada di sisi mereka dan memperbaiki budi pekerti dengan mengikuti yang paling utama yang nampak dari mereka. Pergaulan singkat biasanya menampakkan yang terbaik di sisi orang lain dan menutupi segala kekurangan yang nampak dalam pergaulan yang lama.
Di antara gambaran ihsan yang tertinggi –selamat bagi orang yang bisa sampai kepadanya- bahwa engkau membalas keburukan dengan kebaikan dan engkau mengikuti kebaikan yang ada pada setiap orang. Al-Bukhari meriwayatkan ucapan Utsman bin Affan t : "Jika manusia berbuat baik maka berbuat baiklah bersama mereka, dan apabila mereka berbuat jahat maka jauhilah kejahatan mereka."[9]
Tarbiyah Qur`ani menumbuhkan dalam jiwa seorang mukmin gambaran ihsan, karena dia diminta merenungkan kebaikan Allah I kepadanya berupa nikmat-nikmat yang tak terhingga, dan dia dituntut berbuat baik kepada makhluk seumpama yang demikian itu:
وَأَحْسِن كَمَآأَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, (QS. al-Qashash :77)
Di dalam al-Qur`an banyak sekali anjuran bagi seseorang agar berbuat baik untuk mendapatkan cinta Allah I, jaminan mendapat dukungan, tidak hilang pahala, dekatnya rahmat darinya, dan diberikan hukum dan ilmu sebagai balasan perbuatan baiknya, dan untuknya di akhirat al-Husna (surga) dan tambahan (melihat Allah I di surga), keselamatan, dan apa yang dikehendakinya…'[10]
Dan sangat banyak lahan perbuatan baik di depan da'i. Jika ia ingin dakwah maka dengan hikmah dan nasehat yang baik, dan jika ia menghendaki ucapan maka siapakah yang lebih baik ucapan darinya? Dialah yang mengatakan kebaikan kepada manusia. Jika ia menyuruh maka dengan adil dan ihsan. Dia yang menyuruh manusia agar mengucapkan yang terbaik. Dan jika ia menolak orang-orang yang menentangnya atau berdebat dengan mereka maka dengan cara yang terbaik. Dia berbolak baik dalam gambaran ihsan sebagai pekerja dengannya dan mengajak kepadanya.
Jauhilah bahwa engkau termasuk orang yang zalim kepada diri mereka sendiri yang jauh dari rahmat Allah I:
إِلاَّ مَن ظَلَمَ ثُمَّ بَدَّلَ حُسْنًا بَعْدَ سُوءٍ فَإِنِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ
tetapi orang yang berlaku zalim, kemudian ditukarnya kezalimannya dengan kebaikan (Allah akan mengampuninya); maka sesungguhnya Aku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. an-naml:11)
Maka jadikanlah Allah I sebagai tujuanmu dan tambahlah perbuatan ihsan niscaya Allah I meluruskan langkahmu dan menjadi penolongmu terhadap orang yang memusuhimu.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-'Ankabuut:69)
Janji Allah I adalah kekal dan sunnah Allah I bersama orang-orang yang muhsin terus terjadi.
Ringkasan:
- Agama kita mengajak kepada perbuatan ihsan.
- Di antara gambaran ihsan adalah (baik islamnya dengan taubat yang benar).
- Ihsan dalam bekerja adalah mantap/profesional.
- Ihsan kepada makhluk.
- Ihsan dalam mengambil kesempatan hidup.
- Ihsan lahir dan batin.
- Dosa merupakan penolong di atas ihsan.
- Jihad menolong berbuat ihsan.
- Gambaran ihsan yang tertinggi adalah membalas keburukan dengan kebaikan.
- Semua sektor dakwah adalah perbuatan ihsan.
[1] Shahih al-Bukhari, kitab iman, bab 31, hadits no. 42.
[2] Shahih al-Bukhari, kitab al-Murtaddin, bab 1, hadits no. 6921
[3] Shahih Sunan Tirmidzi 2./196 (Shahih).
[4] Musnad Ahmad 5/40
[5] Shahih al-Bukhari, kitab berangan-angan, bab 6, hadits no. 7235
[6] Shahih Muslim, kitab berburu, bab 11, hadits no 1955.
[7] Shahih Muslim, kitab para musafir, bab 26, hadits no. 771.
[8] Mishbah az-Zujajah fi Zawa`I Ibnu Majah 2/118: Isnadndya lemah, dan ia mempunyai syahid (penguat) dalam Shahih Ibnu Hibban, Abu Daud, dan at-Tirmidzi, dan ia berkata: hasan gharib.
[9] Shahih al-Bukhari, kitab azan, bab 57, hadits no 695 (mauquf atas Utsman t).
[10] Isyarat kepada firman-Nya:
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.. (QS. Yunus:26)
Dan firman-Nya:
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-A'raf:56)
Dan firman-Nya:
Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Rabb mereka.Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik. (QS. az-Zumar:34)