Full Description
- Kesyirikan Kaumnya Nabi Luth
- الشرك
في قوم لوط
- esyirikan Kaumnya Nabi Luth
- Kaumnya nabi Luth 'alaihi sallam:
- wa ta'ala didalam firman -Nya:
- "Maka Luth membenarkan (kenabian) nya.
- dan berkatalah Ibrahim:
- keberadaan nabi Luth beserta kaumnya:
- NASAB NABI LUTH DAN TEMPAT KELAHIRANNYA:
- KEYAKINAN KAUMNYA NABI LUTH:
- dan Dia berkata:
- Diantara kebiasaan buruk yang mereka kerjakan ialah:
- Allah ta'ala berfirman:
- seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla nukil kejadiannya dalam firman -Nya:
- seperti dijelaskan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:
- seperti yang Allah ta'ala nukil ucapannya dalam firman -Nya:
- "Luth berkata:
- perintah dan bersabar atasnya:
- "Luth berdoa:
- Sebagaimana yang Allah ta'ala rekam kejadiannya didalam firman -Nya:
- Pendapat pertama:
- Pendapat kedua:
- Sebagaimana di tegaskan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla didalam firman -Nya:
- "Katakanlah:
- Dan sebagaimana Allah Shubhanahu wa ta’alla terangkan didalam surat al-Anbiyaa:
- sebagaimana yang Allah ta'ala kabarkan kepada kita didalam firman -Nya:
- berkata kepada mereka:
- firman Allah ta'ala:
- tatkala dia berkata kepada mereka:
- dan berkatalah Ibrahim:
- Seperti tercantum didalam firman -Nya:
- 'alaihi sallam dalam firman -Nya:
- Seperti yang Allah ta'ala tegaskan didalam firman -Nya:
- seperti tercantum dalam firman -Nya:
- seperti telah di abadikan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:
- Dan firman Allah tabaraka wa ta'ala tentang mereka:
- "(Allah berfirman):
- seperti Allah berfirman:
esyirikan Kaumnya Nabi Luth
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang -Dia beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang -Dia sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du.
Kaumnya nabi Luth 'alaihi sallam:
Diantara perkara yang terjadi pada zamannya nabi Ibrahim 'alaihi sallam ialah perkara besar yang terjadi pada kaumnya nabi Luth 'alaihi sallam beserta adzab pedih[1] dan siksa yang ditimpakan kepada mereka[2].
Kejadianya berawal tatkala nabi Luth bin Haaran bin Azar mengimani dakwah yang dibawa oleh pamannya yakni nabi Ibrahim 'alaihi sallam. Kemudian turut sertanya beliau menemani hijrah bersama pamannya ke negeri Babilonia, sebagaimana di kisahkan oleh Allah tabaraka
wa ta'ala didalam firman -Nya:
﴿ فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(26) ﴾العنكبوت
"Maka Luth membenarkan (kenabian) nya.
dan berkatalah Ibrahim:
"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); Sesungguhnya -Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS al-Ankabuut: 26).
Yang selanjutnya nabi Luth 'alaihi sallam senantiasa menemani pamannya pada semua perjalanan yang beliau lakukan, yang akhirnya dia memilih untuk tinggal di negeri Sodom yang masih dalam kekuasaan Gharzaghor sekembalinya dari negeri Mesir. Selanjutnya saya tulis paragraf dibawah ini untuk menjelaskan tentang
keberadaan nabi Luth beserta kaumnya:
NASAB NABI LUTH DAN TEMPAT KELAHIRANNYA:
Beliau adalah nabi Allah ta'ala yang bernama Luth bin Haaran bin Azar, yang berarti dirinya masih anak dari saudara lelakinya nabi Ibrahim al-Khalil 'alaihi sallam[3]. Beliau beriman kepada nabi Ibrahim 'alaihi sallam dan mendapat petunjuk melalui perantaranya, lalu Allah Shubhanahu wa ta’alla mengutusnya untuk mendakwahi penduduk Sodom yang pada saat itu merupakan sebuah kampung di negeri Urdun (Jordania sekarang.pent)[4].
Para pakar sejarah menyebutkan bahwa kaumnya nabi Luth 'alaihi sallam adalah kaum besar yang hidup pada zamanya nabi Ibrahim 'alaihi sallam, mereka tinggal di sebuah kampung yang bernama Sodom. Yang merupakan kampung terbesar dari kaumnya nabi Luth diantara empat kampung lainnya, yaitu Shan'a, Shu'ud, Atsrah, dan Duumaa.[5]Imam Ibnu Katsir menuturkan didalam tafsirnya[6], "Bahwa kampung ini sekarang telah berubah dengan sebab adzab dahsyat yang menimpa penduduknya menjadi sebuah danau besar yang sangat berbau busuk (sekarang terkenal dengan laut mati.pent) dan danau tersebut terkenal keberadaanya di negeri al-Ghaur, berada diperbatasan sebuah gunung di baitul Maqdis dan negeri al-Kurk dan Syuubak".
Ahli sejarah mengatakan bahwa tempat tersebut sekarang secara pasti berada di laut mati atau danau Luth[7]. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa laut mati sebelumnya tidak ada wujudnya sebelum adanya kejadian ini, yaitu gempa dahsyat yang membikin bagian atas terbalik kebawah, sehingga menjadikan tempatnya lebih rendah dari permukaan laut sekitar empat ratus meter, dan pada zaman ini telah berhasil diungkap dalam sebuah penelitian adanya peninggalan kota kaumnya nabi Luth yang berada di sisi laut mati.[8]
KEYAKINAN KAUMNYA NABI LUTH:
Kaumnya nabi Luth 'alaihi sallam merupakan manusia yang paling fajir, manusia terburuk yang pernah ada dalam sejarah peradaban manusia, memiliki perilaku yang buruk, plus ditambah dari kejelekan tadi adanya kesyirikan yang mereka kerjakan serta perilaku-perilaku abnormal yang menjadi perilaku terburuk yang pernah ada, mereka adalah orang-orang yang memerangi Allah Shubhanahu wa ta’alla dan para nabi -Nya, banyak melakukan kerusakan dimuka bumi, biasa merampok, menyamun, mengkhianati teman.
Dan diantara perilaku terburuk yang belum pernah dikerjakan sebelumnya dalam sejarah manusia ialah dosa liwath (sodomi/homoseksual) yakni mendatangi laki-laki untuk memuaskan hasrat biologisnya. Mereka meninggalkan perkara yang dihalalkan oleh Allah ta'ala untuk mereka, serta mengacuhkan wanita sebagai istri-istrinya yang sah, yang ada justru menggantinya dari yang halal menjadi haram, merubah dari yang baik menjadi buruk, lebih senang dengan perilaku abnormal dari pada menjaga diri.
Bersamaan dengan ini mereka menyatakan berlepas diri dari semua fadhilah (perilaku baik), larut dengan sifat yang hina, merobek semua pintu malu, makanya disepakati kalau mereka adalah manusia terburuk yang pernah ada dimuka bumi ini, dari sisi perilaku, perbuatan dan sifat-sifatnya. Mereka tidak lagi memiliki rasa malu untuk mengerjakan kemungkaran, bahkan mereka mendatangi secara terang-terangan tanpa rasa malu dan risih, tidak pula menjaga kehormatan dari maksiat, justru mereka mengerjakan kemungkaran tersebut dihadapan khalayak ramai tanpa ada agama yang mencegahnya tidak pula ada seorangpun yang berusaha untuk mengingkarinya[9].
Kita ambil faidah kisah ini dari kabar mereka yang Allah Shubhanahu wa ta’alla kisahkan dalam kitab suci -Nya. Dan cukuplah sebagai gambaran akan keburukan perilaku mereka dengan rasa takut yang meliputi nabi Luth 'alaihi sallam terhadap tamu-tamunya, beliau sangat takut jika kaumnya sampai berhasil menodai tamu-tamunya, menanggalkan kehormatan mereka dan dirinya menyaksikan kelaliman mereka kepada tamunya.
Seperti yang Allah ta'ala kisahkan kepada kita didalam firman -Nya:
﴿ وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ (77)﴾ هود
"Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka,
dan Dia berkata:
"Ini adalah hari yang amat sulit". (QS Huud: 77).
Diantara kebiasaan buruk yang mereka kerjakan ialah:
Memanggang rambut, mengurai pakaian, menembak, melontar dengan pelanting, bermain burung merpati dan mengundi nasib, permainan domino, catur, bertepuk tangan, bermain anak panah, memanjangkan pakaian dibawah mata kaki, mengurai kancing pakaian luar, memendam khamr, homoseksual[10], terkentut dengan suara keras dimajelis-majelisnya[11].
Dan kebiasan-kebiasaan buruk ini semua atau sebagiannya telah disinggung oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla didalam firman -Nya dalam surat al-Ankabuut,
Allah ta'ala berfirman:
﴿أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ وَتَقْطَعُونَ السَّبِيلَ وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ(29)﴾ العنكبوت
"Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?". (QS al-Ankabuut: 29).
Imam Ibnu Jarir menegaskan, "Yang benar dalam pendapat ini menurut saya ialah yang berpendapat mereka banyak melakukan perbuatan keji, menyamun orang-orang yang dalam perjalanan ke kampung mereka serta mengolok-ngoloknya".[12]
Apapun artinya yang jelas mereka banyak sekali melakukan perbuatan keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dimuka bumi, maka saudara mereka nabi Luth 'alaihi sallam mengajaknya untuk kembali kepada Allah azza wa jalla, melarang mereka untuk segera meninggalkan perbuatan keji dan kemungkaran di majelis-majelis mereka. Akan tetapi, jawaban yang diberikan oleh kaumnya dari dakwah yang jujur ini, serta nasehat yang penuh kelembutan tadi tidak ada melainkan penolakan serta berpaling dari ajakannya, bahkan mereka mengancam akan mengusir dirinya keluar kampung bila masih melanjutkan dakwahnya,
seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla nukil kejadiannya dalam firman -Nya:
﴿ قَالُوا لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يَا لُوطُ لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمُخْرَجِينَ(167)﴾ الشعراء 1
"Mereka menjawab: "Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir". (QS asy-Syu'araa: 167).
Dan mereka memberi alasan kenapa mengusir dirinya,
seperti dijelaskan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:
﴿فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ(56) ﴾ النمل
"Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan:
"Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang sok suci". (QS an-Naml: 56).
Sebab pengikutnya nabi Luth 'alaihi sallam menyuruh mereka pada perkara yang baik dan melarang perbuatan mungkar, mengajak untuk mentauhidkan Allah Shubhanahu wa ta’alla dan tidak berbuat syirik, serta melarang kita dari homoseksual dan menjauhi perbuatan keji, aniaya dan dosa.
Maka nabi Luth 'alaihi sallam mengumumkan sikap berlepas diri pada mereka,
seperti yang Allah ta'ala nukil ucapannya dalam firman -Nya:
﴿ قَالَ إِنِّي لِعَمَلِكُمْ مِنَ الْقَالِينَ (168)﴾ الشعراء
"Luth berkata:
"Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu". (QS asy-Syu'araa: 168).
Beliau berkata ketika sudah melaksanakan
perintah dan bersabar atasnya:
﴿ قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِينَ(30) ﴾ العنكبوت
"Luth berdoa:
"Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu". (QS al-Ankabuut: 30).
Kemudian beliau berdoa kepada Allah azza wa jalla agar menyelamatkan dirinya beserta keluarganya dari apa yang mereka kerjakan, maka Allah Shubhanahu wa ta’alla mengabulkan doanya, menyelematkan seluruh keluarganya kecuali istrinya karena ia lebih memilih untuk beragama seperti kaumnya. Dia juga berkhianat kepada suaminya dengan mengabarkan kepada kaumnya tentang keberadaan tamu-tamu suaminya, maka dia termasuk dari kalangan orang-orang yang mendapat adzab.
Maka tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla berkehendak ingin membinasakan mereka, Allah Shubhanahu wa ta’alla mengutus pasukan -Nya dari kalangan malaikat untuk menimpakan mereka adzab dengan batu dari tanah yang terbakar yang telah diberi tanda oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla untuk kaum yang telah melampaui batas.
Sebagaimana yang Allah ta'ala rekam kejadiannya didalam firman -Nya:
﴿ فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ (82) مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ (83)﴾ هود
"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,
yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu Tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim". (QS Huud: 82-83).
Inilah kisah yang Allah azza wa jalla kabarkan kepada kita tentang keberadaan kaumnya nabi Luth 'alaihi sallam. Tapi, apakah dari sekian banyak kelaliman yang mereka kerjakan ada dosa syirik yang mereka lakukan?
Para ulama dalam hal ini berbeda pendapat menjadi dua kubu
Pendapat pertama:
Sebagian ulama mencukupkan diri dengan mengacu pada tekstual yang Allah Shubhanahu wa ta’alla kisahkan kepada kita tentang beritanya nabi Luth 'alaihi sallam. Dimana tekstual dalam ayat-ayat yang hanya berisi larangan bagi mereka untuk tidak mengerjakan perbuatan keji serta peringatan adanya hukuman yang akan mereka peroleh jika terus mengerjakannya.
Maka diambil sebuah hukum dari kisah-kisah tersebut tidak adanya perbuatan syirik ditengah-tengah mereka, sebab kalau seandainya ada tentu sudah ada larangannya. Dan menyuruh mereka untuk beribadah hanya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla semata. Pendapat inilah yang dipegang oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah didalam beberapa tulisan beliau. Dimana beliau menerangkan, setelah menuturkan kebinasaan yang menimpa kaumnya nabi Sholeh dan penduduk Madyan, beliau menjelaskan, "Dan kaumnya nabi Luth 'alaihi sallam dikisahkan kepada kita kalau mereka menghalalkan perbuatan keji, dan tidak adanya peringatan bagi mereka untuk bertauhid berbeda dengan kisah-kisah umat sebelumnya, maka ini sebagai dalil yang menunjukan bahwa mereka bukan termasuk orang-orang yang berbuat kesyirikan".[13]
Pendapat kedua:
Sebagian ahli tafsir berpendapat, mengacu pada pilar dakwah yang dibawa oleh para rasul 'alaihimu sallam secara umum. Dimana salah satu unsur dakwah mereka yang paling urgen ialah mengajak untuk mentauhidkan Allah azza wa jalla.
Sebagaimana di tegaskan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla didalam firman -Nya:
﴿ قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (151) وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (152) وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (153) ﴾ الأنعام
"Katakanlah:
"Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan -Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan -Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan -Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa". (QS al-An'aam: 151-153).
Dan sebagaimana Allah Shubhanahu wa ta’alla terangkan didalam surat al-Anbiyaa:
﴿ وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ (25)﴾ الأنبياء
"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS al-Anbiyaa': 25).
Berdasarkan hal ini maka mereka menyatakan bahwa nabi Luth 'alaihi sallam juga melarang kaumnya untuk melakukan perbuatan syirik. Diantara pernyataan tersebut ialah yang dikatakan oleh Imam Ibnu Katsir didalam tafsirnya[14], "Beliau (nabi Luth) menyeru kaumnya untuk beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla semata dan tidak menyekutukan -Nya. Dan mengajak mereka untuk mentaati rasul yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla utus kepada mereka. Serta melarang untuk tidak berbuat maksiat kepada –Nya dan mengerjakan perkara-perkara baru yang mereka bikin dimuka bumi yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh para makhluk dan melarang mereka untuk tidak menyalurkan hasrat biologisnya kepada lelaki tapi kepada wanita".
Dalam kesempatan lain beliau juga menjelaskan, "Maka nabi Luth 'alaihi sallam mengajak kaumnya untuk beribadah kepada Allah ta'ala semata tanpa menyekutukan -Nya. Dan melarang mereka untuk melakukan perbuatan dosa, maksiat dan keji serta perilaku-perilaku yang melampaui batas".[15]
Begitu juga Imam Qurthubi membawakan sebuah riwayat dalam tafsirnya dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu tentang perbuatan-perbuatan maksiat yang dilakukan oleh kaumnya nabi Luth, beliau mengomentari setelah menyebut beberapa maksiat tersebut dengan mengatakan, "Bersamaan dengan ini semua, mereka masih melakukan perbuatan syirik kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, mereka lah pelaku pertama perbuatan abnormal homoseksual dan lesbian".[16]
Kemudian nabi Luth a'alaihi sallam menyuruh kaumnya yang pertama untuk takut kepada Allah azza wa jalla, dan mengabarkan pada mereka kalau dirinya adalah utusan -Nya, serta menjelaskan bahwa hak para rasul ialah harus di taati kabar yang diberitakan kepada kaumnya, tentang metodologi beribadah kepada Allah azza wa jalla, lalu beliau menerangkan pada mereka beberapa siksaan bagi orang yang menyelisihi metodologi -Nya. hal itu,
sebagaimana yang Allah ta'ala kabarkan kepada kita didalam firman -Nya:
﴿ كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ الْمُرْسَلِينَ (160) إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ لُوطٌ أَلَا تَتَّقُونَ (161) إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (162) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (163) وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (164) أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ (165) وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ (166) ﴾ الشعراء
"Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul, ketika saudara mereka, Luth,
berkata kepada mereka:
mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semeta alam. mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas". (QS asy-Syu'araa: 160-166).
Nabi Luth 'alaihi sallam menjadikan makna-makna aqidah dalam muatan dakwah yang pertama kali, lalu menggandeng kerusakan yang berbahaya sekali dilingkungan masyarakatnya dengan makna aqidah pula.
Sedangkan Syaikh Muhammad Rasidh Ridho[17] berdalil didalam kitabnya al-Manar[18] bahwa nabi Luth 'alaihi sallam telah mengajak kaumnya untuk mentauhidkan Allah ta'ala, dan tidak meninggalkan perkara urgen ini yakni memperingatkan mereka agar tidak mengerjakan kesyirikan. Beliau berdalil dengan tekstual ayat, dimana beliau menegaskan didalam kitabnya tersebut manakala menafsirkan
firman Allah ta'ala:
﴿ وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ(80) ﴾الأعراف
"Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah)
tatkala dia berkata kepada mereka:
"Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu (homoseksual), yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?". (QS al-A'raaf: 80).
Beliau menjelaskan, "Susunan yang ada dengan (ayat) sebelum ini mengandung konsekuensi bahwa makna ayat ini ialah dan Kami utus Luth, namun, di sini dihilangkan karena memiliki keterkaitan dengan pengutusan, dan pilar pertama (dalam dakwah para rasul) ialah mengesakan ibadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla sebagaimana bisa dipahami dari yang sebelumnya, dari beberapa ayat selain dari surat ini. maknanya, Kami utus Luth pada waktu dirinya mengingkari kaumnya untuk tidak melakukan perbuatan faahisyah seusai tegaknya hujah pada mereka tentang kandungan dakwah risalah".
Sebagian ulama tafsir menanggapi (pendapat pertama) dengan adanya kesamaan zaman antara nabi Luth dan Ibrahim 'alaihima sallam, serta keimanan nabi Luth kepada nabi Ibrahim, seperti dijelaskan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:
﴿ فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (26) ﴾العنكبوت
"Maka Luth membenarkan (kenabian) nya.
dan berkatalah Ibrahim:
"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS al-Ankabuut: 26).
Para ulama tadi menjelaskan, "Bahwa faktor tidak disebutnya secara spesifik dakwah nabi Luth 'alaihi sallam kepada kaumnya untuk menyerukan tauhid, karena nabi Luth 'alaihi sallam mempunyai kaum yang keberadaannya satu masa serta sama keyakinannya dengan kaumnya nabi Ibrahim, sebagaimana telah lewat kalau nabi Ibrahim 'alaihi sallam mengusung dakwah tauhid dan memberangus kesyirikan, beliau berjuang mati-matian hingga perkaranya menjadi masyhur, akan kandungan dakwah yang beliau bawa diseluruh penjuru negeri, maka tidak disebutkan dakwah ini melalui lisanya nabi Luth dalam rangka mencukupkan diri dengan perjuangan yang dilakukan oleh nabi Ibrahim, hanya saja disebutkan tentang tugas khusus yang diemban oleh nabi Luth yaitu mencegah kaumnya untuk tidak melakukan perbuatan abnormal serta perbuatan maksiat lainnya.
Adapun selain beliau dari para rasul yang telah datang kabar tentang mereka yang secara jelas mendakwahkan tauhid, karena mereka datang setelah lenyapnya orang-orang yang menyembah Allah ta'ala sehingga mereka mengajak kaumnya agar menyembah -Nya, oleh sebab itu setiap rasul mengajak kaumnya untuk beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla semata".[19]
Adapun menurut saya, maka saya lebih condong pada pendapat yang menyatakan bahwa nabi Luth 'alahi sallam menyuruh kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah ta'ala, serta melarang mereka dari kesyirikan, dengan dalil konteks ayat-ayat yang ada, juga dengan alasan kesamaan ushul dakwah yang diemban oleh seluruh nabi ketika berdakwah kepada Allah azza wa jalla, kemudian Allah tabaraka wa ta'ala juga menafikan keimanan ketika menimpakan adzab terhadap orang yang dibinasakan pada kaumnya nabi Luth 'alaihi sallam.
Seperti tercantum didalam firman -Nya:
﴿ مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُسْرِفِينَ(34) فَأَخْرَجْنَا مَنْ كَانَ فِيهَا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ(35) فَمَا وَجَدْنَا فِيهَا غَيْرَ بَيْتٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ(36) ﴾ الذريات
"Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang yang berserah diri". (QS adz-Dzariyaat: 35-36).
Sebagaimana diketahui, bahwa perbuatan maksiat tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari keimanan, sehingga tidak tersisa dari pendalilan ayat kecuali kita katakan bahwa mereka adalah orang-orang musyrik atau mereka telah kafir. Dalam suatu penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menuturkan, "Sesungguhnya mereka yakni kaumnya nabi Luth, adalah orang-orang musyrik di samping juga berperilaku abnormal yang biasa mereka lakukan". Beliau menegaskan, "Adapun keberadaan kaumnya nabi Luth maka mereka berbuat kesyirikan di samping juga melakukan homoseksual yang belum pernah dilakukan oleh penduduk bumi sebelumnya".[20]
Pada kesempatan lain beliau mengatakan,"Dan Allah ta'ala mengatakan tentang kaumnya nabi Luth
'alaihi sallam dalam firman -Nya:
﴿ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ ﴾ [هود: 78 ]
"Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji". (QS Huud: 78).
Beliau mengatakan, "Mereka adalah orang-orang yang telah kafir bila di tinjau dari beberapa sisi, dari sisi penghalalan homoseksual, dari sisi kesyirikan, dari sisi mendustakan para rasul, sedangkan mereka melakukan ini dan itu, akan tetapi, kesyirikan dan mendustakan para rasul ada sisi kesamaan antara mereka dan umat yang lainnya…".[21] Imam Ibnu Qoyim juga menyatakan sama dengan gurunya diatas, dimana beliau menegaskan, "Mereka adalah orang-orang musyrik".[22]
Selanjutnya keimanan nabi Luth 'alaihi sallam kepada nabi Ibrahim 'alaihi sallam tidak menutup kemungkinan kalau dirinya mendapat tugas khusus untuk menyampaikan risalah secara tersendiri pada kaum tertentu, karena para rasul di perintahkan untuk mengimani dengan sebagaian yang lainnya, dan rasul yang datang belakangan maka harus mengimani kepada nabi yang sebelumnya. Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menjadikan bagi orang yang mendustakan seorang rasul sama dengan mendustakan seluruh rasul.
Seperti yang Allah ta'ala tegaskan didalam firman -Nya:
﴿ كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ الْمُرْسَلِينَ (160) ﴾ الشعراء
"Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul". (QS asy-Syu'araa: 160).
Dan tidaklah nabi Ibrahim 'alaihi sallam berdiskusi dengan para malaikat perihal nabi Luth,
seperti tercantum dalam firman -Nya:
﴿ فَلَمَّا ذَهَبَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ الرَّوْعُ وَجَاءَتْهُ الْبُشْرَى يُجَادِلُنَا فِي قَوْمِ لُوطٍ(74) ﴾ هود
"Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth". (QS Huud: 74).
Tidaklah beliau melakukannya kecuali setelah mengetahui kalau hujah telah tegak secara sempurna pada mereka, dari perintah untuk beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, serta melarang untuk melakukan seluruh perbuatan abnormal dan dosa.[23]
Adapun tidak adanya kisah yang sampai kepada kita dari Allah azza wa jalla tentang kesyirikan mereka serta sesembahan-sesembahannya sebagaimana di opinikan oleh ulama yang berpendapat tidak adanya kesyirikan pada kaumnya nabi Luth 'alaihi sallam, maka kita sanggah dengan ucapan, 'Taruhlah mereka tidak sampai menyembah kepada selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, semisal menyembah berhala, patung, bintang dan yang lainya, akan tetapi, jelas mereka telah menyembah hawa nafsunya, tidak kah engkau sadari pada ucapan mereka,
seperti telah di abadikan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:
﴿ قَالُوا أَوَلَمْ نَنْهَكَ عَنِ الْعَالَمِينَ(70) ﴾ الحجر
"Mereka berkata: "Dan bukankah Kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?". (QS al-Hijr: 70).
Dan firman Allah tabaraka wa ta'ala tentang mereka:
﴿ لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ(72) ﴾ الحجر
"(Allah berfirman):
"Demi umurmu (Muhammad), Sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)". (QS al-Hijr: 72).
Maka dapat diketahui kalau mereka begitu mendewakan hawa nafsunya (untuk berbuat homoseksual), mereka lebih mengedepankan hawa nafsu seksnya dari pada perintah Allah azza wa jalla, mabuk kepayang pada perilaku tersebut, maka ini merupakan bentuk sesembahannya mereka[24]. Selaras dengan firman Allah ta'ala terhadap orang-orang semacam ini,
seperti Allah berfirman:
﴿ أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ(23) ٰ﴾ الجاثية
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya". (QS al-Jaatsiyah: 23).
Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa tidak ada seseorang yang mengatakan, sesungguhnya tuhannya adalah hawa nafsunya. Akan tetapi, yang di maksud ialah kalau dirinya berjalan sambli mengekor hawa nafsunya, seakan dirinya seperti sedang beribadah kepadanya dari segi keterikatan hati dengan kecintaan, tunduk dan mabuk kepayangnya.
Inilah keadaan kaumnya nabi Luth 'alaihi sallam didalam perilakunya, melakukan perbuatan keji, dari sisi ini maka selaras dengan pernyataan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah menyekutukan Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan beribadah kepada hawa nafsunya[25]. Maka Allah Shubhanahu wa ta’alla menyuruh mereka agar beribadah kepada -Nya semata, yaitu dengan meninggalkan pengagungan terhadap hawa nafsu yang mengantarkan mereka para perilaku abnormal. Wallau 'alam.
[1] . Dalam teks aslinya dengan mengunakan kata al-Ghamimah dari asal kata Gham yang berarti keras, pedih, sehingga makna al-Ghamimah ialah keras sekali. Lihat penjelasan tentang masalah ini adalam Mu'jamul Wasith hal: 663.
[2] . Bidayah wa Nihayah 1/176 oleh Ibnu Katsir.
[3] . Seperti ditegaskan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya 2/230. akan tetapi dinukil disana nama ayahnya Harun bukan Haraan. Sebagaimana hal ini juga dikatakan oleh Imam Thabari dalam tarikhnya 1/292.
[4] . Dakwatu Tauhid hal: 137 oleh Muhammad Khalil Haras.
[5] . Tafsir Ibnu Jarir Thabari 7/98.
[6] . 3/357.
[7] . Lihat pernyataan ini dalam kitab Ma'al Anbiyaa' fiil Qur'anil Karim hal: 146 oleh Thabarah Afif.
[8] . Qashashul Anbiyaa hal: 113 oleh Abdul Wahab an-Najjar.
[9] . Lihat pernyataan ini semua dalam kitab Bidayah wa Nihayah 1/164 oleh Ibnu Katsir. Qashashul Anbiyaa hal: 1112 oleh an-Najjar dan Ma'a al-Anbiyaa hal: 142-143 oleh Thabarah Afif.
[10] . Lihat penuturan yang disampaikan oleh Imam Suyuti dalam ad-Durar al-Mantsur 4/323 dan Syaukani dalam Fathul Qadir 4/201. sebuah riwayat dari sahabat Abu Umamah radhiyallahu 'anhu yang beliau sandarkan riwayat tersebut kepada Ibnu Asakir, dan riwayat tersebut disebut oleh al-Haitsami dalam kitabnya az-Zawajir 2/231.
[11] . Lihat penuturannya dalam Tafsir Thabari 20/93. dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya 3/411.
[12] . Tarikh Umamul wal Muluk 1/295 oleh Thabari.
[13] . an-Nubuwaat hal: 57 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
[14] . 3/357.
[15] . Bidayah wa Nihayah 1/176-178. oleh Ibnu Katsir.
[16] . Tafsir Qurthubi 13/257.
[17] . Beliau adalah Muhammad Rashid Ridho al-Qalmuni berasal dari Baghdad al-Husaini. Ahli hadits, tafsir, sejarahwan, sastrawan, dan politikus. Lahir pada tahun 1282 H. dan meninggal pada tahun 1354 H. berguru kepada Muhammad Abduh pada sekolahannya. Beliau tumbuh dengan pemikiran rasionalis kemudian beliau berpegang dengan manhaj salaf, namun, masih ada sisi pemikiran rasionalis dan oreantalisnya yang belum hilang dari beliau pada beberapa kasus. Lihat biografinya dalam Mu'jamul Mu'alifiin 9/310.
[18] . Tafsir al-Manar 8/509-510.
[19] . Tafsir Fakhru Razi 13/25/65. Ruhul Ma'ani 20/153 oleh al-Alusi.
[20] . Majmu Fatawa 16/249.
[21] . Tafsir Ayaat Usykilat 1/391, Ibnu Taimiyah.
[22] . Ighatsatu Lahfan 2/571 oleh Ibnu Qoyim.
[23] . Lihat pernyataan ini yang disampaikan oleh D. Abdurahman Raja al-Ufi dalam kitabnya Dakwah Ilallah fii Surati Huud hal: 323.
[24] . Lihat pembahasannya secara luas dalam kitab Ighatsatu Lahfan oleh Ibnu Qoyim.
[25] . Fiqhul Ibadaat hal: 74-76 oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin.