Artikel ini diterjemahkan ke dalam
Full Description
- Hakikat Syahadat Muhammad ﷺ Rasulullah
- Pasal Silsilah Nabi ﷺ
- Pasal Kelahiran Nabi ﷺ
- Pasal Wafatnya Nabi ﷺ
- Pasal Dalam Menjelaskan Nama-Namanya
- Pasal Keistemewaaannya ﷺ
- Pasal Tenatng Akhlaknya ﷺ
- Pasal Sifat Lahiriyahnya ﷺ
- Pasal Hak-hak Nabi ﷺ terhadap umatnya
- Pasal Dalam menyebutkan sekilas tentang kecintaan para sahabat radhiyallahu 'anhum dan mutaba'ah mereka kepada Nabi ﷺ yang membawa petunjuk dan rahmat
- Pasal Menyebutkan sebagian golongan yang menyalahi syahadah bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I.
Hakikat Syahadat Muhammad ﷺ Rasulullah
Hakikat Kesaksian Muhammad ﷺ utusan Allah I
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Pengantar
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan sahabatnya, serta orang berjalan di antara petunjuknya dan mengikuti jejak langkahnya hingga hari pembalasan.
Amma ba'du:
Ini adalah risalah ringkas sekitar (hakikat bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah), kami merasa perlu mempublikasikannya untuk manusia. Dan karena kami melihat banyaknya kebodohan di kalangan umat Islam dan selain mereka, terhadap hakikat bersaksi/syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah I, terjerumusnya mereka dalam perkara yang menyalahinya dari perkara yang yang seharusnya, atau bertentangan dengan kesempurnaannya, atau mengurangi keimanan hamba terhadapnya.
Maka sudah menjadi keharusan bahwa kami menjelaskan hal itu, sebagai nasehat bagi Allah I, bagi rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslim secara umum, karena menjunjung perintah Allah I:
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
i Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa'at bagi orang-orang yang beriman. (QS. adz-Dzariyat:55)
dan firman-Nya I:
فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ الذِّكْرَى
oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfa'at, (QS. al-A'laa:9)
dan firman-Nya I:
فَذَكِّرْ إِنَّمَآأَنتَ مُذَكِّرُُ- لَسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِرٍ
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang memberi peringatan. * Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mererka, (QS. al-Ghasyiyah:21-22)
Dan ayat-ayat lainnya.
Dan karena sabda Rasulullah ﷺ: 'Agama adalah nasehat, agama adalah nasehat, agama adalah nasehat.' Para sahabat bertanya, 'Untuk siapa, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: 'Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin dan kalangan umum dari mereka.'[1] HR. Muslim.
Maka merupakan suatu kewajiban setiap orang yang mengetahui kebenaran dengan dalil-dalilnya: bahwa ia harus menjelaskannya dan menyebarkannya di antara manusia. Terutama di masa sekarang, yang mana keterasingan Islam makin bertambah kuat, kebaikan menjadi mungkar dan yang mungkar menjadi baik padanya, sedikit sekali orang yang mengangkat kepalanya dengan kebenaran dan menampakkannya, maka tidak ada daya dan upaya kecuali Allah I.
Dan sabda Rasulullah ﷺ menjadi penghibur kita:
بَدَأَ اْلإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ
'Islam bermula sebagai suatu yang asing, dan akan kembali asing seperti semula, maka beruntunglah bagi orang-orang yang asing.'[2]
Maka aku memohon kepada Allah I Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa: agar memberi nikmat kepada kita dengan memberikan hidayah kepada kebenaran, taufik untuk kebenaran, dan supaya Dia I memberi ilham kepada kita kepada petunjuk kita, memelihara kita dari kejahatan diri kita, memperlihatkan kepada kita kebenaran bahwa ia adalah benar dan memberikan rizqi kepada kita untuk mengikuti, dan kebatilan adalah batil dan memberi rizqi kepada kita untuk menjauhinya, dan semoga Dia I memperbaiki niat dan perbuatan kita, dan semoga Dia I memberi manfaat dengan sesuatu yang kami ikat dalam risalah ini kepada setiap orang yang mempelajarinya, dan menjadikan kita dan saudara-saudara kita kaum muslimin termasuk orang yang tolong menolong di atas kebaikan dan taqwa, sesungguhnya Dia I Yang Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
Prolog
Dan sebelum memulai inti pembahasan, saya memberikan pengantar yang pandang bermanfaat. Maka aku berkata memohon pertolongan kepada Allah I:
Tatkala Allah I menciptakan nabi Adam u dan meniup ruh padanya, Dia I menyuruh para malaikat sujud kepadanya. Dan iblis termasuk dari golongan jin, bukan dari golongan malaikat. Dan sesungguhnya ia masuk dalam khithab mereka karena ia mempunyai kemiripan dengan perbuatan para malaikat, miripnya ia dengan mereka, ibadah dan pengabdiannya. Akan tetapi ketika mereka diperintahkan sujud, para malaikat sujud, iblis yang terkutuk tidak mau sujud:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat:"Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. al-Baqarah:34)
Dan Allah I berfirman dalam surah al-Kahf:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا ِلأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلآَّ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:"Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Rabbnya. (QS. al-Kahf 50)
Ia enggan sujud kepada Adam u karena sombing, dengki dan zalim. Maka hukumannya bahwa ia terusir dari rahmat Allah I dan mendapat kutukan Allah I. Akan tetapi orang yang jahat bertambah kejahatannya, sangat besar sifat dengkinya kepada Adam u dan keturunannya, dan ia meminta kepada Allah I agar dipanjangkan umurnya hingga hari kiamat, lalu Allah I mengabulkan permintaannya. Saat itulah ia berkata –sebagaimana yang diceritakan Allah I:
قَالَ فَبِمَآأَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ . ثُمَّ لاَتِيَنَّهُم مِّنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ وَلاَتَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab:"Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalangi-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, * kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta'at). (QS. al-A'raaf:16-17)
Maksudnya: sesungguhnya ia bersumpah akan menyesatkan hamba-hamba Allah I dari keturunan Adam u dari jalan yang lurus dan lorong keselamatan supaya mereka tidak menyembah dan mengesakan Allah I, dan ia melakukan berbagai macam cara untuk menghalangi mereka dari kebaikan dan membuat mereka suka terhadap keburukan.
Dan semisalnya, firman Allah I menceritakan beritanya:
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي اْلأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ . إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Iblis berkata:"Ya Rabbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, * kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka". (QS. al-Hijr :39-40)
dan firman-Nya I:
قَالَ أَرَءَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَىَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لأَحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَتَهُ إِلاَّ قَلِيلاً
Dia (iblis) berkata:"Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil". (QS. al-Isra`:62)
Maka ia selalu berusaha menyesatkan Adam u dan keturunannya sehingga menyebabkan diturunkannya Adam u dari surga dan salah seorang anaknya membunuh saudaranya. Ia tidak merasa cukup hanya sampai di sini. Tatkala keturunan Adam u telah melewati beberapa kurun waktu dan masa kenabian telah berlalu lama, ia memandang baik baik perbuatan syirik kepada mereka dan menyesatkan mereka. maka baginya apa yang dia kehendaki. dan iblis membenarkan dugaannya atas mereka, lalu mereka mengikutinya dan mereka terjerumus dalam perbuatan syirik. Hal itu terjadi pertama kali di masa nabi Nuh u ketika mereka menyembah berhala-berhala: Wadd, suwaa', yaghuts, ya'uq, dan nasr. Ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nuh u. Tatkala mereka telah wafat, syetan menyarankan kepada kaum mereka agar membuat patung di majelis-majelis yang mereka dahulu mereka duduk dan memberi nama sesuai nama mereka. maka mereka melakukan, namun belum disembah. Hingga apabila mereka telah wafat dan ilmu mulai sirna, patung itu mulai disembah. Inilah yang dijelaskan Ibnu Abbas t, sebagaimana diceritakan dalam al-Bukhari.[3]
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muhammad bin Qais, ia berkata, 'Mereka adalah orang-orang shalih dari keturunan Adam u. Mereka mempunyai para pengikut yang selalu menjadikan mereka suri tauladan. Tatkala mereka telah wafat, teman-teman yang mengikuti mereka berkata, 'Andaikan kita membuat gambar/patung mereka niscaya membuat kita lebih rindu beribadah apabila kita teringat mereka. Lalu mereka membuat patung mereka. Tatkala mereka telah wafat dan datanglah generasi selanjutnya, iblis berkata kepada mereka: sesungguhnya mereka (para pendahulu) menyembah mereka, dengan sebab mereka, mereka diturunkan hujan, maka mereka menyembah mereka (patung-patung orang-orang shalih).[4]
Seperti inilah awal terjadinya perbuatan syirik dalam sejarah umat manusia, karena penyesatan iblis kepada mereka. Akan tetapi Allah I dengan hikmah, ilmu, dan rahmat-Nya kepada hamba-Nya, Dia I tidak membiarkan mereka terlena disesatkan iblis dan tentaranya. Bahkan Dia I mengutus para rasul kepada mereka, untuk menjelaskan agama yang benar kepada mereka, memberikan peringatan dari perbuatan syirik dan sesat, sebagai rahmat dari-Nya kepada hamba-hamba-Nya dan untuk menegakkan hujjah atas mereka:
لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَن بَيِّنَةٍ وَيَحْيَ مَنْ حَيَّ عَن بَيِّنَةٍ
yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu dengan keterangan yang nyata (pula). (QS. al-Anfaal: 42)
dan Allah I berfirman:
رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُُ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. an-Nisaa`:165)
Dan Dia I berfirman:
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلاَّ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ فَمَنْ ءَامَنَ وَأَصْلَحَ فَلاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ . وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِئَايَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَاكَانُوا يَفْسُقُونَ
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. * Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (QS. al-An'aam:48-49)
Dan dalam ash-Shahihain, dari Ibnu Mas'ud t, ia berkata, 'Rasulullah ﷺ bersabda:
لاَ أَحَدَ أَغْيَرَ مِنَ اللهِ, وَلِذلِكَ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ ماَظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ, وَلاَ أَحَدَ أَحَبَّ إِلَيْهِ الْمَدحُ مِنَ اللهِ عز وجل, وَلِذلِكَ مَدَحَ نَفْسَهُ
"Tidak ada seseorang yang lebih cemburu dari pada Allah I, karena itulah Dia I mengharamkan perbuatan keji, yang nampak darinya dan yang tersembunyi. Dan tidak ada seseorang yang lebih suka dipuji dari pada Allah I, karena itulah Dia I memuji diri-Nya."[5]
Dan dalam lafazh Muslim:
مِنْ أَجْلِ ذلِكَ أَنْزَلَ الْكِتَابَ وَأَرْسَلَ الرّسُلَ
'Karena itulah Dia I menurunkan kitab dan mengutus para rasul.'[6]
Dan di dalam ash-Shahihain, dari hadits Sa'ad bin 'Ubadah t: 'Dan tidak ada seseorang yang lebih menyukai uzur kepadanya daripada Allah I, karena itulah Allah I mengutus para rasul sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.'[7]
Maka Allah I mengutus para rasul untuk mendirikan hujjah terhadap hamba-hamba-Nya dan menolak alasan bagi mereka. Risalah-risalah ini merupakan nikmat Allah I kepada semua makhluk-Nya. Karena kebutuhan manusia kepadanya di atas semua kebutuhan, dan ketergantungannya kepadanya di atas semua ketergantungan. Mereka membutuhkan risalah melebihi kebutuhan kepada makan, minum, dan obat, karena dampak kekurangan hal itu atas tidak adanya adalah kebinasaan badan. Adapun risalah, maka padanya merupakan kehidupan hati dan agama. Bahkan, risalah merupakan kebutuhan dalam memperbaiki hamba dalam kehidupan dan tempat kembalinya. Maka sebagaimana tidak ada kebaikan baginya di akhiratnya kecuali dengan mengikuti risalah, demikian pula tidak ada kebaikan baginya dalam kehidupan dan dunianya kecuali dengan cara mengikuti risalah, sebagaimana Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menetapkan hal itu.[8]
Allah I mengutus para rasul dan menjadikan mereka sebagai manusia dari golongan kaumnya dan dengan bahasa mereka, untuk menjelaskan kepada mereka agama yang benar:
وَمَآأَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللهُ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِي مَن يَشَآءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ {4}
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petinjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.Dan Dia-lah Rabb Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ibrahim :4)
Dan setiap umat telah diutus rasul kepada mereka, firman Allah I:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ
Tiap-tiap umat mempunyai rasul. (QS. Yunus:47)
Dan firman-Nya ﷺ:
وَإِن مِّن أُمَّةٍ إِلاَّ خَلاَ فِيهَا نَذِيرٌ
Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (QS. Fathir :24)
Mereka semua diutus dengan satu agama, yaitu agama islam, ikhlas agama hanya karena Allah I, memurnikan tauhid hanya untuk-Nya ﷺ, dan menjauhi ibadah kepada selain-Nya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu", (QS. an-Nahl:36)
Dan Allah I berfirman:
وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:"Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. an-Nahl :25)
Dan dalam sebuah hadits dari Nabi ﷺ:
اََلأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِيْنُهُمْ وَاحِدٌ
"Para nabi adalah saudara bagi satu keluarga, ibu mereka bermacam-macam dan agama mereka adalah satu." Muttafaqun 'alaih.[9]
Demikian pula setiap rasul menyuruh kaumnya untuk taat kepadanya, karena ini adalah tuntutan risalah, firman Allah I:
وَمَآأَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللهِ
Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk dita'ati dengan seijin Allah.. (QS. an-Nisaa` :64)
Dan para rasul senantiasa datang kepadanya untuk mengajak mereka kepada tauhid dan meninggalkan syirik:
ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتَرَا
Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. (QS. al-Mukminun :44)
Hingga datang Musa u dan sesudahnya Isa u dan jelas di dalam kitab mereka kabar gembira dengan Nabi ﷺ.
Firman Allah I:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ اْلأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَاْلإِنجِيلِ
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, (QS. al-A'raaf:157)
Dan firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَاءِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata:"Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)".. (QS.ash-Shaaf:6)
Dan setelah nabi Isa u diangkat (ke langit) dan lamanya tenggang waktu yang dialami anak cucu Adam u sebelum kebangkitan Nabi ﷺ, iblis menyerang umat manusia dengan pasukan berkuda dan pasukannya yang berjalan kaki, maka ia menyesatkan mereka dengan kesesatan yang sangat jauh, menjerumuskan mereka di dalam perbuatan kufur, syirik dan sesat dengan berbagai macam jenisnya kecuali sedikit sekali dari mereka. Kondisi mereka sudah mencapai batas yang menyebabkan kemurkaan Allah I, bangsa arab dan non arab (ajam) dari mereka, kecuali sedikit sekali.
Kemudian diutus nabi Muhammad ﷺ yang bersabda:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ
"Wahai sekalin manusia, sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan."[10]
Beliau diutus (sebagai rasul), sedangkan kondisinya adalah seperti yang dikabarkan oleh Nabi ﷺ dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya, dari 'Iyadh bin Hamar al-Majasyi'i t, di mana Nabi ﷺ bersabda dalam khotbahnya: "Ketahuilah, sesungguhnya Rabb-ku menyuruhku agar mengajarkan kepadamu sesuatu yang kamu tidak tahu dari sesuatu (ilmu) yang diajarkan-Nya kepadaku di hariku ini: 'Setiap harta yang engkau berikan kepada hamba adalah halal, dan sesungguhnya Aku menciptakan hamba-Ku cenderung (kepada kebenaran/tauhid), dan sesungguhnya syetan datang kepada mereka, lalu menjauhkan mereka dari agama, mengharamkan kepadanya apa-apa yang Ku-halalkan untuk mereka, dan ia menyuruh mereka agar menyekutukan Aku yang Aku tidak pernah menurunkan hujjah atasnya.' Dan sesungguhnya Allah I melihat kepada penduduk bumi, maka ia murka kepada mereka, bangsa arab dan ajamnya, kecuali yang masih tersisa dari ahli kitab.' Dan Dia I berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengutusmu untuk mengujimu dan menguji (umat manusia) denganmu, dan Aku menurunkan kitab kepadamu yang tidak dibersihkan dengan air, engkau membacanya di saat tidur dan jaga…al-Hadits."[11]
Maka Allah I mengangkat kemurkaan ini dengan berkat Rasulullah ﷺ, Dia I mengutusnya sebagai rahmat bagi semesta alam, tujuan bagi orang yang berjalan (menuju akhirat) dan sebagai hujjah bagi semua makhluk. Dia I mengutusnya dengan petunjuk dan agama yang benar di hadapan hari kiamat, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, berdakwah kepada Allah I dengan ijinnya dan sebagai lampu lentera yang menerangi. Dia I menutup para rasul dengannya, memberi petunjuk dengannya dari kesesatan, mengajarkan dengannya dari kebodohan. Dengan risalahnya, Dia I membuka mata yang buta, telinga yang tuli, dan hati yang tertutup. Maka bumi menjadi bersinar setelah sebelumnya gelap gulita, hati menjadi tertaut dengannya setelah tercabik-cabik. Maka Dia I menegakkan dengannya ﷺ agama yang bengkok, menjelaskan dengannya ﷺ arah tujuan yang putih, dan Allah I mengangkat dengannya ﷺ beban yang berat dan belenggu, dan menjadikan risalahnya bersifat umum bagi bangsa jin dan manusia. Firman Allah I:
وَمَآأَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya (QS. as-Saba`:28)
Dan firman-Nya:
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Katakanlah:"Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua... (QS. al-A'raaf:158)
Allah I mengutusnya di atas terputusnya para rasul dan terhapusnya kitab. Di saat dirubahnya kalamullah, syari'at diganti, setiap kaum bersandar kepada pendapat mereka yang paling gelap, mereka berhukum kepada Allah I dan di antara hamba-hamba Allah dengan perkataan-perkataan yang rusak dan hawa nafsu mereka. Maka Allah I memberi petunjuk dengannya kepada semua makhluk, menjelaskan jalan dengannya, mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya, memperlihatkan dengannya dari kebutaan, memberi petunjuk dengannya dari kesesatan, memisahkan dengannya di antara orang-orang yang berbakti dan yang fasik. Dan Dia I menjadikan petunjuk dan beruntung dalam mengikuti dan sesuai dengannya ﷺ, dan menjadikan sesat dan celaka dalam perbuatan durhaka dan menyalahinya. Kasih sayang kepada orang-orang beriman, ingin memberi petunjuk kepada semua makhluk, berat terasa olehnya pengingkaran mereka:
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min. (QS. at-Taubah :128)
Kesimpulan dakwahnya adalah: membawa berita gembira, memberi peringatan, berdakwah kepada Allah I dengan ilmu dan hikmah:
يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّآ أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, (QS. at-Taubah :45)
Dia ﷺ adalah penutup para rasul, syari'at dan kitabnya yang membenarkan atas syari'at-syari'at dan kitab-kitab (sebelumnya) menjadi pengganti baginya:
مَّاكَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi (QS. al-Ahzaab:40)
Allah I melapangkan dadanya, mengampuni dosanya, menjadikan kehinaan atas orang yang menyalahi perintahnya, dan meninggikan sebutannya, maka tidaklah Allah I disebut kecuali dia disebutkan bersamanya. Hal itu cukup sebagai kemuliaan. Dan yang lebih besar dari itu adalah dua kalimah syahadat. Pondasi Islam, kunci negeri keselamatan, ibu kota darah, harta dan kehormatan, persaksian bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I.
Pengertian 'laailaaha illallah': yaitu tidak ada yang disembah dengan sebenarnya selain Allah I.
Dan rukun-rukunnya adalah: nafi (menolak) dan itsbat (menetapkan): 'laailaaha' menolak semua yang disembah selain dari Allah I, 'illallah' menetapkan penyembahan hanya kepada Allah I, tidak ada sekutu baginya.
Dan syarat-syaratnya adalah: ilmu, yakin, menerima, tunduk, benar, ikhlas, cinta. Dan sebagian ulama menambah syarat kedelapan yaitu: kufur dengan yang disembah selain Allah I.
Dan realisasi syahadah (persaksian): bahwa ia tidak menyembah selain Allah I. Dan kebenarannya: melakukan yang wajib dan menjauhi yang diharamkan.
Ini adalah kesimpulan secara ringkas dalam (bersaksi bahwa tidak Ilah yang berhak disembah selain Allah I). Adapun penjelasan secara rinci, maka kata-kata yang singkat ini tidak cukup.
Dan manakala pembahasan tentang hakikat bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah I, sudah sewajarnya kita memaparkan bagian yang perlu diketahui, berupa menyebutkan nasab, kelahiran, kebangkitan, dan wafatnya Nabi ﷺ. Kemudian menyebutkan sekilas dari nama-nama, karasteristik, sifat lahiriyah dan perilaku beliau ﷺ.
Pasal Silsilah Nabi ﷺ
Firman Allah I:
لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَّفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. ali Imran:164)
Disebutkan dalam sebagian riwayat: مِّنْ أَنفُسِهِمْ (dibaca dengan fa` yang fathah), maksudnya yang paling baik silsilahnya.
Dalam Shahih Muslim, dari hadits Wastilah bin al-Asqa' t, sesungguhnya dia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ, وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ, وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ, وَاصْطَفََانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ
'Sesungguhnya Allah I memilih Kinanah dari keturunan Ismail u, memilih Quraisy dari Kinanah, dan memilih Bani (keturunan) Hasyim dari suku Quraisy, dan memilih aku dari keturunan Hasyim.'[12]
Dan dalam ash-Shahihain, dari hadits Abu Sufyan t dan ceritanya bersama Heraklius, dan pertanyaan Heraklius kepadanya tentang Rasulullah ﷺ. Maka di antara pertanyaannya adalah: 'Bagaimana silsilahnya padanya? Aku berkata, 'Dia mempunyai silsilah pada kami… hingga Heraklius berkata kepada Abu Sufyan, 'Aku bertanya kepadamu tentang silsilahnya, maka engkau menyebutkan bahwa dia punya silsilah padamu. Demikianlah para rasul, mereka diutus dari silsilah kaumnya.' Ini adalah lafazh hadits al-Bukhari.
Dengan pemaparan ini jelas bahwa beliau ﷺ adalah manusia paling mulia silsilahnya. Beliau ﷺ adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu`ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan.
Silsilah beliau ﷺ hingga di sini diketahui keshahihannya, disepakati di antara para ahli silsilah. Tidak ada perbedaan di antara mereka padanya. Dan yang di atas Adnan diperselisihkan padanya. Adnan dari keturunan nabi Ismail u, dan Ismail adalah putra nabi Ibrahim u.
Ibunda Nabi ﷺ adalah: Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah, hingga akhir silsilah yang telah disebutkan sebelumnya. Bapaknya bertemu bersama ibunya pada kakek mereka: Kilab bin Murrah.
Wahab –bapak dari ibunya- pada masa itu adalah pemuka bani Zuhrah dari sisi silsilah dan kemuliaan. Maka terkumpulah bagi Nabi ﷺ kemuliaan silsilah dari pihak bapak dan ibunya.
Pasal Kelahiran Nabi ﷺ
Nabi ﷺ dilahirkan di tahun gajah, tanpa perbedaan di antara para ahli sejarah, sejauh yang kami ketahui.
Kelahirannya: terjadi pada hari Senin, berdasarkan sabda Nabi ﷺ tatkala ditanya tentang puasa hari Senin? Beliau ﷺ bersabda: 'Itulah hari yang aku dilahirkan padanya, hari aku dibangkitkan (diangkat menjadi rasul), dan dan diturunkan (wahyu) kepadaku padanya." HR. Muslim,[13] dari hadits Qatadah t.
Adapun bulan dan tanggal kelahirannya, terjadi perbedaan pendapat:
Ada yang berpendapat: pada tanggal 12 dari bulan Rabi'ul Awal. Dikatakan: pada tanggal 8 dari bulan yang sama. Dikatakan: bahkan pada bulan Ramadhan. Dikatakan: beliau dilahirkan pada tanggal 27 dari bulan Rajab, dan ini pendapat paling aneh/asing.
Pasal
Kebangkitannya ﷺ
Wahyu diturunkan kepadanya ﷺ saat berusia 40 tahun. Permulaan wahyu adalah saat beliau beribadah di gua Hira. Dan pada satu ketika, Jibril u datang kepadanya, lalu merangkulnya, kemudian melepasnya seraya berkata: 'Bacalah… al-Hadits. Maka ini adalah permulaan perkaranya ﷺ.
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Permulaan yang dimulai Rasulullah ﷺ dengannya dari wahyu adalah mimpi yang baik di dalam tidur. Maka beliau ﷺ tidak melihat satu mimpi kecuali datang seperti waktu subuh. Kemudian beliau ﷺ menyukai khulwah (menyendiri). Beliau menyendiri di gua Hira, maka beribadah padanya, yaitu beribadah beberapa malam sebelum kembali kepada keluarganya dan menyiapkan bekal untuk hal itu. Kemudian dia ﷺ kembali kepada Khadijah radhiyallahu 'anha, lalu menyiapkan bekal serupa. Hingga akhirnya datang kebenaran saat beliau ﷺ berada di gua Hira. Datanglah malaikat (Jibril u) kepadanya seraya berkata, 'Bacalah.' Beliau ﷺ menjawab, 'Aku tidak bisa membaca.' Beliau berkata, 'Maka ia mengambil dan merangkulku sampai aku meraya payah, kemudian ia melepasku seraya berkata, 'Bacalah.' Aku menjawab, 'Aku tidak bisa membaca.' Maka dia mengambilku, lalu merangkulku yang kedua kalianya hingga aku merasa payah. Kemudian dia melepasku seraya berkata, 'Bacalah.' Aku menjawab, 'Aku tidak bisa membaca.' Lalu ia mengambil dan merangkulku yang ketiga kalinya. Kemudian ia melepasku seraya membaca:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ . اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, * Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. * Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah, (QS. al-'Alaq:1-3)
Lalu Nabi ﷺ pulang dengannya sambil ketakutan. Ia masuk kepada Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu 'anha (istrinya) seraya berkata, 'Selimuti aku, selimuti aku.' Mereka pun menyelimuti beliau ﷺ hingga hilang rasa takut darinya. beliau ﷺ berkata kepada Khadijah, 'Sungguh, aku merasa takut terhadap diriku.' Maka Khadijah radhiyallahu 'anha berkata, 'Sekali-kali tidak, demi Allah, Allah I tidak akan pernah menghinakanmu. Sesungguhnya engkau menyambil tali silaturrahim, memikul yang susah, mengusahakan yang tidak mampu, menjamu tamu, dan menolong di atas kebenaran.' Maka Khadijah membawa beliau kepada Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak dari paman (sepupu) Khadijah. Dia adalah seseorang yang memeluk agama Nashrani di masa jahiliyah. Dia menulis kitab berbahasa Ibrani. Dia menulis kitab Injil dengan bahasa Ibrani yang tulisannya sangat mengagumkan. Dia sudah lanjut usia yang sudah buta. Khadijah radhiyallahu 'anha berkata kepadanya, 'Wahai anak pamanku, dengarlah dari anak saudaramu.' Waraqah berkata kepadanya, 'Wahai anak saudaraku, apakah yang engkau? Maka Rasulullah ﷺ menceritakan kepadanya apa yang telah dilihatnya. Waraqah berkata kepadanya, 'Ini adalah Namus (Jibril u) yang Allah I telah menurunkannya kepada Musa u. Andaikan aku masih kuat padanya, andaikan aku masih hidup saat kaummu mengusirmu.' Maka Rasulullah ﷺ bertanya, 'Apakah mereka akan mengusirku? Ia menjawab, 'Ya, tidak ada seorangpun yang datang seperti yang engkau datang dengannya kecuali dimusuhi. Jika aku mengalami hari-harimu niscaya aku akan membelamu dengan pembelaan yang kuat.' Kemudian tidak lama (setelah peristiwa itu), Waraqah wafat dan terputus wahyu. Dikeluarkan oleh al-Bukhari.[14]
Pasal Wafatnya Nabi ﷺ
Firman Allah I yang ditujukan kepada Nabi-Nya ﷺ:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). (QS. az-Zumar :30)
Dan firman-Nya:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولُُ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) (QS. Ali Imran :144)
Dan firman-Nya:
وَمَاجَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? (QS. al-Anbiyaa`:34)
Beliau ﷺ wafat setelah melaksanakan amanah, menyampaikan risalah Rabb-nya, dan berjihad karena Allah I dengan sebenarnya, dan al-Qur`an bersaksi baginya ﷺ di akhir hayatnya. Maka telah turun surah al-Maidah:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (QS. al-Maidah:3)
Allah I telah mengabarkan kepada nabi-Nya ﷺ tentang ajalnya saat Allah I menurunkan surah an-Nashr. Dalam Shahih al-Bukhari, dari Ibnu Abbas t, ia berkata, 'Umar t memasukkan aku bersama para sahabat senior veteran perang Badar. Seolah-olah sebagian mereka marah padanya, ia berkata, 'Kenapa engkau memasukkan (anak) ini bersama kami, sedangkan kamu mempunyai anak seperti dia? Umar t berkata, 'Sesungguhnya dia adalah orang yang kamu ketahui.' Maka dia t memanggilnya pada suatu hari, lalu memasukkannya bersama mereka. Maka aku tidak menduga bahwa dia t memanggilku pada hari itu kecuali untuk memperlihatkan kepada mereka. Dia t berkata, 'Apa pendapatmu pada firman Allah I:
إِذَا جَآءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, (QS. an-Nashr :1)
Sebagian mereka berkata, 'Kita diperintahkan memuji Allah I dan meminta ampun kepadanya, apabila kita ditolong dan diberi kemenangan.' Dan sebagian mereka diam, maka ia tidak mengatakan sesuatu. Dia (Umar t) berkata kepadaku, 'Apakah seperti itu pendapatmu, wahai Ibnu Abbas t? Aku menjawab, 'Tidak.' Ia berkata, 'Apa pendapatmu? Aku menjawab, 'Ia adalah ajal Rasulullah ﷺ, Allah I telah memberitahukan kepadanya. Dia I berfirman:
إِذَا جَآءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, (QS. an-Nashr :1)
Dan itu adalah tanda ajalmu:
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (QS. an-Nashr :3)
Umar t berkata, 'Aku tidak mengetahui darinya kecuali apa yang engkau katakan.'[15]
Dan menjelang wafatnya, Dia ﷺ diberi pilihan di antara keindahan dunia dan apa yang ada di sisi Allah I. Dari Abu Sa'id al-Khudri t, sesungguhnya Rasulullah ﷺ duduk di atas minbar, beliau ﷺ bersabda:
إِنَّ عَبْدًا خَيَّرَهُ اللهٌ بَيْنَ أَنْ يُؤْتِيَهُ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا مَا شَاءَ وَبَيْنَ مَا عِنْدَ اللهِ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَهُ
"Sesungguhnya hamba diberi pilihan oleh Allah I di antara Dia I memberikan kepadanya dari kenikmatan dunia apa saja yang dia kehendaki dan apa yang ada di sisi-Nya, maka ia (hamba) memilih apa yang ada di sisi-Nya.'
Maka Abu Bakar t menangis seraya berkata, 'Kami menebus engkau dengan bapak dan ibu kami.' Maka kami merasa heran kepadanya. Orang-orang berkata, 'Lihatlah kepada Syaikh (orang tua) ini. Rasulullah ﷺ mengabarkan tentang seorang hamba yang Allah I memberi pilihan kepadanya di antara Dia I memberikan kepadanya kenikmatan dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, sedangkan dia berkata: 'Kami menebus engkau dengan bapak dan ibu kami.' Maka Rasulullah ﷺ ada yang diberikan pilihan dan Abu Bakar t adalah yang paling mengerti dari kami dengannya. Dan Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ مِنْ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فِى صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبَا بَكْرٍ, وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيْلاً مِنْ أُمَّتِي لاَتَّخَذْتُ أَبَابَكْرٍ خَلِيْلاً, إِلاَّ خُلَّةَ اْلإِسْلاَمِ, لاَيَبْقَيَنَّ فِى الْمَسْجِدِ خَوْخَةٌ إلاَّ خَوْخَةُ أَبِي بَكْرِ.
'Sesungguhnya orang yang paling memberi nikmat kepadaku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku menjadikan kekasih dari umatku, niscaya aku menjadikan Abu Bakar, kecuali kekasih dalam Islam. sungguh tidak tersisa lagi di masjid satu pintu kecuali pintu Abu Bakar t.' Muttafaqun 'alaih.
Dan dalam Shahih al-Bukhari, dari hadits Ibnu Abbas t, sesungguhnya Nabi ﷺ keluar dalam sakitnya yang beliau wafat padanya, mengikat kepalanya dengan kain. Lalu ia menyebutkan semisalnya.[16]
Dan dalam riwayat Muslim dari hadits Jundub t: Sesungguhnya khutbah ini adalah lima hari sebelum wafatnya.[17]
Kemudian, sesungguhnya wafatnya Nabi ﷺ adalah seperti wafatnya semua manusia. Ada saat-saat menjelang wafat, kemudian ruh meninggalkan jasadnya, kemudian jasadnya tenang. Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Sesungguhnya di antara nikmat Allah I kepadaku, bahwa Rasulullah ﷺ wafat di rumahku, di hariku (giliranku), di antara paru-paru dan bagian atas dadaku, dan sesungguhnya Allah I mengumpulkan di antara air liurku dan liur beliau ﷺ saat wafatnya. Abdurrahman masuk kepadaku, sedang di tangannya ada siwak, dan aku menyandarkan Rasulullah ﷺ. Maka aku melihat beliau ﷺ memandang kepadanya. Aku mengetahui bahwa dia ﷺ menyukai siwak. Aku bertanya, 'Apakah aku mengambilnya untukmu? Beliau mengisyaratkan dengan kepalanya: ya. Lalu aku mengambilnya. Maka nampak berat atasnya, aku berkata, 'Maukah aku melembutkannya untukmu? Beliau mengisyaratkah dengan kepalanya: ya. Lalu aku melembutkannya, dan dihadapannya ada ceret/teko atau kaleng –Umar ragu-ragu- di dalamnya ada air. Beliau memasukkan tangannya di air, lalu mengusap wajahnya dengan keduanya seraya bersabda:
لاَ الَهَ إِلاَّ اللهٌ, إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ
"Tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah, sesungguhnya bagi kematian ada sakaraat." Kemudian beliau ﷺ meluruskan tangannya, lalu berkata: 'Pada teman yang tinggi.' Hingga beliau wafat dan lemas tangannya. HR. al-Bukhari.[18]
Wafatnya adalah pada hari Senin, sebagaimana yang disebutkan dalam dua hadits yang shahih: Anas t[19] dan Aisyah radhiyallahu 'anhuna,[20] dan dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya.
Dan wafatnya beliau tersebut terjadi pada tahun ke sebelas Hijriyah dengan kesepakatan ulama dan pada bulan Rabiul Awal, namun mayoritas mereka berkata: pada tanggal dua belas (12) Rabiul Awal. Dan tidak shahih tentang tanggal wafatnya kecuali pada hari kedua atau ketiga belas, atau keempat belas, atau kelima belas, karena sudah disepakati bahwa wuquf di arafah pada haji wada' terhadap pada hari Jum'at, yaitu hari kesembilan bulan Dzulhijjah. Maka awal Dzulhijjah adalah pada hari Kamis. Permulaan Muharram bisa hari Jum'at atau Sabtu. Jika pada hari Jum'at, maka permulaan Shafar bisa hari Sabtu atau Ahad. Jika hari Sabtu, maka permulaan Rabiul Awal adalah hari Ahad atau Senin. Dan bagaimanapun beredarnya berdasarkan hisab ini, maka tidak mungkin pada tanggal dua belas dari bulan Rabiul Awal terjadi pada hari Senin…dst.[21]
Saat wafatnya, beliau ﷺ berusia enam puluh tiga (63) tahun, seperti yang disebutkan dalam riwayat shahih dari sejumlah sahabat, seperti Aisyah radhiyallahu 'anha[22] dan Ibnu Abbas t,[23] serta selain keduanya.
Sejak kebangkitannya hingga wafatnya ﷺ, telah terjadi berbagai peristiwa agung dan pendirian kenabian yang mulia. Dia ﷺ berdakwah kepada Rabb-nya padanya, sabar dan teguh, berjihad dan berhijrah, memikul penderitaan sampai Allah I menentukan baginya dan para sahabatnya serta agamanya nampak, tinggi dan menang. Maka tidaklah beliau wafat kecuali setelah menyampaikan risalah Rabb-nya. Dia I telah wafat, sedangkan agamanya tetap ada hingga hari kiamat. Ia tetap dipelihara dengan pemeliharaan Allah I baginya. Nampak dengan janji Allah I dengan hal itu. Mendapat pertolongan dan tinggi di atas semua agama dan golongan, dan para pemeluknya yang benar adalah sang pemenang:
وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ . إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنصُورُونَ . وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ
Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, * (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. * Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang. (QS. ash-Shaaffat:171-173)
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ {33}
Dialah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) pezunjuk (al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walupun orang-orang musyrik tidak menyukainya". (QS. at-Taubah :33)
Memperhatikan sirahnya dan apa yang beliau laksanakan dalam membela agama Allah I, melaksanakan haknya, dan penderitaan yang dialaminya ﷺ di jalan itu, dan sirahnya dalam jihadnya melawan musuh-musuh Allah I, serta berbagai macam sirah dan petunjuknya ﷺ- semua perkara ini termasuk perkara yang setiap harus memperhatikan dan mengkajinya, karena ia adalah kebenaran yang murni, yaitu sirah orang yang Allah I menjadikan baginya kesempurnaan manusia, sirah pemimpin makhluk, paling agung, paling mulia, dan paling utama secara absolot.
Jika kita menyebutkan sedikit dari sisi sirah Nabi ﷺ yang agung ini, niscaya bahasan ini menjadi buku yang besar dan kita tetap bisa menyempurnakan sebagaimana mestinya. Akan tetapi kami dengan risalah kecil ini adalah mengingatkan beberapa perkara penting dalam hakikat bersaksi bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I, yang mana setiap muslim, laki-laki dan perempuan, harus mengenal, merealisasikan dan melaksanakannya agar selamat dari siksa Allah I.
Semoga Allah I menjaga kami dan kamu, serta semua saudara kita kamu muslimin dari yang menyebabkan kemurkaan Allah I, dan menjadikan kami dan kamu termasuk orang-orang yang mendapatkan limpahan rahmat-Nya, sesungguhnya Dia I Maha Karim lagi Pemurah.
Pasal Dalam Menjelaskan Nama-Namanya
Banyaknya nama menunjukkan agungnya yang diberi nama, dan nama-nama Nabi ﷺ menunjukkan makna-makna yang agung. Dan namanya yang paling agung adalah namanya (Muhammad), yaitu nama disebutkan Allah I dalam al-Qur`an al-Karim:
مُّحَمَّدُُ رَّسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: (QS. al-Fath :29)
Dan firman Allah I:
مَّاكَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. (QS. al-Ahzab:40)
وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَءَامَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ
Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal saleh dan beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Rabb mereka, Allah mengahpus kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. (QS. Muhammad:2)
Dan firman-Nya:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولُُ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللهُ الشَّاكِرِينَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. ِImrah : 144)
Ia adalah namanya yang paling agung. Hasan bin Tsabit t berkata:
dan Dia I mengambil untuknya ﷺ dari nama-Nya I untuk mengagungkannya ﷺ
maka pemilih arsy (Allah I) Mahmud dan ini adalah Muhammad.
Asal bait syair tersebut dari Abu Thalib, Hassan t memasukkannya dalam qasidahnya.
Di antaran namanya adalah Ahmad, yaitu nama yang disebutkan Isa u dalam memberi kabar gembira dengan kebangkitan Nabi ﷺ, seperti yang diceritakan Allah I tentangnya, firman Allah I:
وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". ". (QS. Shaff:6)
Di antara namanya ﷺ: al-Mutawakkil, seperti yang disebutkan dalam hadits Abdullah bin 'Amr bin 'Ash t dalam menyebutkan sifat Nabi ﷺ dalam Taurat, di mana terdapat di dalamnya:'…dan engkau adalah hamba dan rasulku, aku memberi engkau nama: al-Mutawakkil (yang bertawakkal)…' diriwayatkan oleh al-Bukhari, dan akan tiba.
Di antara namanya ﷺ: yang disebutkan dalam hadits Jubair bin Muth'im t, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ لِيْ أَسْمَاءً: أَنَا مُحَمَّدٌ, وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُوْ اللهُ بِي الْكُفْرَ, وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمَيّ, وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ شَيْءٌ
"Sesungguhnya aku memiliki banyak nama: aku Muhammad, aku Ahmad, aku al-Mahi yang Allah I menghapus kekufuran denganku, aku al-Hasyir yang manusia digiring di atas dua kakiku, dan aku adalah al-'Aqib (yang terakhir) yang tidak ada seorangpun setelah aku."[24] Muttafaqun 'alaih.
Dan dalam hadits Abu Musa al-Asy'ari t, ia berkata, 'Rasulullah ﷺ menyebutkan kepada kami beberapa namanya, di antara ada yang kami ingat dan ada yang tidak kami ingat, beliau ﷺ bersabda:
أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَالْمُقَفِّى وَاْلحَاشِرُ وَنَبِيُّ التَّوْبَةِ وَنَبِيُّ الرَّحْمَةِ
"Aku adalah Muhammad, Ahmad, al-Muqaffi, al-Hasyir, Nabi taubat, nabi rahmah." HR. Muslim.[25]
Dan arti namanya ﷺ (Muhammad), yaitu nama yang diambil dari akar kata al-Hamd. Asalnya adalah isim maf'ul dari al-Hamd. Ia mengandung pujian atas yang dipuji dan mencintainya, mengagungkan dan membesarkannya. Dibangun atas wazan (mufa'al) seperti mu'azhzham, muhabbab, musawwad, mubajjal, dan semisalnya, karena bisa ini diletakkan untuk menunjukkan makna banyak. Jika diambil darinya isim fa'il, maka maknanya: orang yang banyak muncul pujian darinya, terus menerus diagungkan dan dicintai. Dan jika diambil darinya isim maf'ul, maka maknanya orang yang banyak terjadi perbuatan atasnya, terus menerus. Bisa jadi karena berhak mendapatkan atau realita yang terjadi. Maka muhammad adalah yang banyak pujian orang yang memuji baginya, terus menerus, atau yang berhak dipuji secara terus menerus.'[26]
Adapun nama al-Mahi, al-Hasyir, dan al-'Aqib, telah disebutkan makna dalam hadits Jubair bin Muth'im t yang telah lewat.
Pasal Keistemewaaannya ﷺ
Nabi ﷺ adalah pemimpin makhluk. Dalam hadits Abdullah bin Salam t, sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ أدَمَ وَلاَ فَخْرَ
"Aku adalah pemimpin keturunan nabi Adam u dan tidak sombong." HR. Ibnu Hibban[27] dalam shahihnya dengan lafazhnya ini dan at-Tirmidzi[28] dengan tambahan: 'pada hari qiamat' sebelum sabdanya 'dan tidak sombong'.
Dan asalnya dalam shahih Muslim, dari hadits Abu Hurairah t dengan lafazh:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ.
"Aku adalah pemimpin keturunan Adam u di hari kiamat, permulaan orang yang terbelah kubur darinya, permulaan yang memberi syafa'at, dan permulaan yang diberi syafaat.'[29]
Al-'Izz berkata, 'Sayyid: adalah orang yang mempunyai sifat dan akhlak yang tinggi. Ini mengabarkan bahwa beliau ﷺ adalah yang paling utama dari mereka di dua negeri. Adapun di dunia, maka saat beliau bersifat dengan sfiat yang agung. Adapun di negeri akhirat, karena balasan berdasarkan akhlak dan sifat. Apabila dia ﷺ melebihi mereka semasa di dunia dalam manaqib dan sifat, dia I melebihi mereka di akhirat dalam kedudukan dan derajat.
Sesungguhnya dia ﷺ bersabda: 'Sesungguhnya aku adalah pemimin keturunan Adam u dan tidak sombong' agar umatnya mengetahui kedudukannya dari Rabb-nya I. Dan manakala menyebutkan sifat terpuji pada diri sendiri biasanya disebutkan karena bangga, Nabi ﷺ ingin memutuskan sangkaan orang bodoh bahwa beliau menyebutkan hal itu karena sombong, beliau bersabda: 'dan tidak sombong'.[30]
Di antara keistemewaannya ﷺ: sesungguhnya di tangannya adalah bendera pujian, di bawahnya adalah nabi Adam u dan yang sesudahnya, berdasarkan sabdanya ﷺ:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ مُشَفَّعٍ, بِيَدِي لِوَاءُ الْحَمْدِ’, تَحْتِي آدَمُ فَمَنْ دُوْنَهُ
"Aku adalah pemimpin keturunan Adam u di hari kiamat, permulaan orang yang terbelah kubur darinya, permulaan yang memberi syafa'at, dan yang diberi syafaat, di tanganku bendera pujian, di bawahku nabi Adam u dan yang sesudahnya."[31]
Di antaranya: sesungguhnya beliau ﷺ adalah yang pertama-tama bumi terbelas darinya, yang pertama-tama memberi syafaat dan diberi syafaat. Dan baginya ada syafa'ah uzhma (yang agung) dan kedudukan yang terpuji, yang diinginkan oleh generasi pertama dan terakhir.
Dari Ibnu Umar t, ia berkata, 'Sesungguhnya manusia berlutus di hari kiamat. Setiap umat mengikuti nabinya. Mereka berkata, 'Wahai fulan, berilah syafaat, wahai fulan, berilah syafaat, hingga syafaat berkesudahan kepada Nabi ﷺ. Maka itulah hari yagn Allah I membangkitkannya kedudukan yang terpuji.' HR. al-Bukhari.[32]
Di antaranya: sesungguhnya diperintahkan memohon wasilah untuknya ﷺ setiap kali setelah azan. Dari Abdullah bin 'Amr bin Ash t, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذاَ سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوْا اللهَ لِي الْوَسِيْلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِيْ إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ وَأَرْجُوْ أَنْ أَكُوْنَ أَنَا هُوَ, فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ لَهُ الْشَفَاعَةَ
'Apabila kamu mendengar muazzin (melantunkan azan), maka ucapkanlah seperti ucapannya, kemudian bacalah shalawat kepadaku. Sesungguhnya orang yang mengucapkan sekali shalawat kepadaku niscaya Allah I memberikan rahmat kepadanya sepuluh. Kemudian mohonkanlah wasilah untukmu. Sesungguhnya ia adalah kedudukan di surga yang tidak pantas kecuali bagi seorang hamba dari hamba-hamba Allah I, dan aku berharap bahwa aku adalah orangnya. Maka barangsiapa yang memohon wasilah kepadanya, niscaya ia mendapat syafaat." HR. Muslim.[33]
Dan di antara keistemewaannya ﷺ: sesungguhnya beliau tidak dipanggil dengan namanya saja, karena memuliakannya. Maka sesungguhnya memuliakannya dalam memanggilnya. Dia I memanggilnya dengan nama yang paling disukai dan namanya yang tinggi: 'Wahai nabi', dan 'wahai rasul', ini adalah keistemewaan yang tidak ada bagi para nabi yang lain. Sesungguhnya mereka dipanggil dengan nama mereka:
ياَئاَدَمُ اسْكُنْ
"Hai Adam, diamilah oleh kamu (QS. al-Baqarah:35)
يَاعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِى
:"Hai 'Isa putera Maryam, ingatlah nikmat-Ku. (QS. al-Maidah:110)
يَامُوسَى إِنِّي أَنَا اللهُ
:"Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Rabb semesta alam, (QS. al-Qashash:30)
يَانُوحُ اهْبِطْ بِسَلاَمٍ
:"Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera …". (QS. Huud:48)
َيآإِبْرَاهِيمُ . قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَآ
:"Hai Ibrahim, * sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", (QS. ash-Shaffaat:104-105)
يَالُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ
Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Rabbmu, …" (QS. Huud:81)
يَازَكَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ
Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu … (QS. Maryam:7)
يَادَاودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) …. (QS. Shaad:26)
يَايَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ
Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu … (QS. Maryam:12)
Dan Allah I melarang hamba-Nya memanggilnya dengan namanya saja, firman Allah I:
لاَتَجْعَلُوا دُعَآءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَآءِ بَعْضَكُم بَعْضًا
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain).. (QS. an-Nuur :63)
Di antara keistemewaannya ﷺ: sesungguhnya mukjizat setiap nabi telah berakhir, sedangkan mukjizat pemimpin generasi pertama dan terakhir –yaitu al-Qur`an yang mulia- akan tetap ada hingga hari kiamat. Nabi ﷺ bersabda:
مَا مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ قَدْ أُوْتِيَ مِنَ اْلآيَاتِ مَا مِثْلُهُ آمَنَ عَلَيْهِ مِنَ الْبَشَرِ. وَإِنَّمَا كاَنَ الَّذِي أُوْتِيْتُ وَحْيًا أَوْحَى اللهُ إِلَيَّ, فَأَرْجُوْ أَنْ أَكُوْنَ أَكْثَرُهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
"Tidak ada seorangpun dari para nabi kecuali telah diberikan tanda-tanda yang semisalnya beriman manusia. Dan sesungguhnya yang telah diberikan kepadaku adalah wahyu yang diturunkan Allah I kepadaku, maka aku berharap bahwa yang mempunyai pengikuti paling banyak di hari kiamat."[34]
Di antaranya: sesungguhnya kitab (al-Qur`an) yang diturunkan kepadanya, Allah I telah memberikan jaminan dengan tetap dan terjaganya dari perubahan. Firman Allah I:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. al-Hijr :9)
Dan Nabi ﷺ bersabda meriwayatkan dari Rabb-nya:
وَأَنْزَلْتُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ لاَيَغْسِلُهُ الْمَاءُ, تَقْرَأُهُ نَائِمًا وَيَقظَان
"Dan Aku menurunkan kepadamu kitab yang tidak dicuci oleh air, engkau membacanya saat tidur dan jaga." Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Iyadh bin Himar t.[35]
Dan di antaranya: yang disebutkan dalam hadits Jabir bin Abdullah t, ia berkata, 'Rasulullah ﷺ bersabda:
أُعْطِيْتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِي: كَانَ كُلُّ نَبِيٍّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى كُلِّ أَحْمَرَ وَأَسْوَدَ, وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَلَمْ تَحِلَّ ِلأَحَدٍ قَبْلِي, وَجُعِلَتْ لِيَ اْلأَرْضُ طَيْبَةً طَهُوْرًا وَمَسْجِدًا فَأَيُّمَا رَجُلٍ أَدْرَكَتْهُ الصَّلاَةُ صَلَّى حَيْثَ كَانَ, وَنُصِرْتُ بِالرَّعْبِ مَسِيْرَةَ شَهْرٍ, وَأُعْطِيْتُ الشَّفَاعَةَ
"Aku diberikan lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seseorang sebelum aku: (1)setiap nabi diutus kepada kaumnya secara khusus dan aku diutus kepada setiap yang merah dan hitam, (2)harta ghanimah dihalalkan kepadaku dan tidak halal kepada seseorang sebelum aku, (3)bumi dijadikan untukku baik lagi suci dan sebagai masjid, laki-laki manapun yang ketemu waktu shalat, ia shalat di manapun berada, (4)aku ditolong dengan rasa takut (dari musuh) dalam jarak perjalana satu bulan, (5) dan aku diberikan syafaat." HR. al-Bukhari dan Muslim.[36]
Pasal Tenatng Akhlaknya ﷺ
Firman Allah I tentang nabi-Nya ﷺ:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. al-Qalam:4)
Al-'Izz bin Abdus Salam berkata: Perhormatan besar dari para pembesar terhadap sesuatu menunjukkan masuknya ia dalam golongan orang-orang besar, maka bagaimana dugaanmu dengan penghormatan besar Yang Maha Besar I?[37]
Dari Sa'ad bin Hisyam bin 'Amir, ia berkata, 'Aku datang kepada 'Aisyah radhiyallahu 'anha, aku berkata, 'Wahai Ummul Mukminin, beritakanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah ﷺ.' Ia berkata, 'Akhlak beliau adalah al-Qur`an. Bukanlah engkau membaca al-Qur`an, firman Allah I:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. al-Qalam:4)
Aku berkata, 'Sesungguhnya aku ingin tidak menikah (hanya beribadah).' Ia berkata, 'Janganlah engkau lakukan. Bukankah engkau membaca:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (QS. al-Ahzaab:21)
Rasulullah ﷺ telah menikah dan telah dikarunia anak.'[38]
Allah I telah menyempurnakan budi pekertinya secara kecilnya dan sebelum dibangkitkan (diangkat menjadi nabi dan rasul). Beliau tidak pernah menyembah berhala, tidak meminum arak, tidak berlalu dalam perkara buruk, dan beliau dikenal di kalangan kaumnya dengan orang yang jujur lagi dipercaya.
Dari Jabir bin Abdullah ﷺ, ia berkata, 'Tatkala ka'bah dibangun, Nabi ﷺ dan Abbas t mengangkat batu. Abbas t berkata kepada Nabi ﷺ, angkatlah sarungmu di atas pundakmu dari batu.' Maka beliau melakukan, lalu tersungkur ke bumi, dan matanya terangkat ke langit, kemudian beliau berdiri seraya ﷺ bersabda: "Sarungku, sarungku.' Lalu ia ﷺ mengikat sarungnya.' Muttafaqun 'alaih.[39]
Dan Allah I memujinya dengan berbagai macam akhlak dan perilakunya ﷺ yang mulia, firman Allah I:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنتَ لَهُمْ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. (QS. Ali Imran:159)
مُّحَمَّدُُ رَّسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: (QS. al-Fath :29)
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min. (QS. at-Taubah :128)
وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّرَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. al-Anbiya`:107)
Dalam hadits al-Bukhari, dari hadits 'Atha` bin Yasar, ia berkata, 'Aku bertemu Abdullah bin 'Amr bin 'Ash t, aku berkata, 'Ceritakanlah kepadaku tentang sifat Rasulullah ﷺ di dalam Taurat.' Ia berkata, 'Ya, demi Allah, sesungguhya dia ﷺ telah dijelaskan di dalam Taurat dengan sebagian sifatnya dalam al-Qur`an: Wahai nabi, sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai saksi, pemberi berita gembira dan pemberi peringatan, serta pemelihara bagi kaum ummi (tidak pandai baca tulis). Engkau adalah hamba dan utusan-Ku, Aku memberimu nama al-Mutawakkil (yang bertawakkal). Tidak bersikap keras dan tidak pula kasar, tidak berteriak di pasar, dan tidak membasal kejahatan dengan kejahatan. Akan tetapi dia ﷺ memberi manfaat dan ampunan. Dan Allah I tidak mengambilnya sehingga ia meluruskan agama yang bengkok, bahwa mereka mengatakan: Tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah I, membuka dengan mata yang buta, telinga yang tuli, dan hati yang tertutup.[40]
Di antara budi pekertinya adalah: yang disebutkan dalam hadits Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Tidak pernah Rasulullah ﷺ diberikan dua pilihan kecuali ia mengambil yang termudah, selama bukan merupakan dosa. Jika merupakan dosa, beliau ﷺ adalah manusia yang paling jauh darinya. Dan Rasulullah I tidak pernah membalas dendam untuk dirinya sendiri, kecuali apabila kehormatan Allah I dilanggar, maka ia membalas karena Allah I dengannya."[41]
Dalam riwayat Shahihain, dari Anas t, ia berkata, 'Aku melayani beliau ﷺ di saat safar dan muqim, beliau tidak pernah mengatakan sesuatu yang kulakukan: kenapa engkau melakukan ini seperti ini, dan tidak pula bagi sesuatu yang tidak kulakukan: kenapa engkau tidak melakukan ini seperti ini.'[42]
Di antara akhlak beliau ﷺ: rendah diri dan bercandanya dengan anak kecil. Dari Anas t, ia berkata, 'Rasulullah ﷺ adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Aku mempunyai saudara yang bernama Abu Umair. Ia berkata: Aku mengira dia mengatakan: dia seorang yang baru disapih. Ia berkata: Apabila Rasulullah ﷺ datang lalu melihatnya, beliau ﷺ bersabda: Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan nughair? Ia (Anas t) berkata: Maka beliau ﷺ bermain dengannya." Muttafaqun 'alaih.[43]
Pasal Sifat Lahiriyahnya ﷺ
Allah I telah memberikan kesempurnaan kepada nabi kita Muhammad ﷺ, menganugerahkan kepadanya ﷺ keelokan lahiriyah dan keindahan batin. Beliau ﷺ adalah manusia yang paling indah rupa dan paling sempurna akhlak.
Membahas sifat lahiriyah Nabi ﷺ, berguna bagi orang yang beriman dalam beberapa perkara:
Di antaranya: menambah iman: sesungguhnya seorang muslim, setiap kali bertambah makrifahnya kepada Nabi ﷺ, keadaannya, sifat-sifatnya, dan mengenal secara terperinci apa yang dia ﷺ datang dengannya, niscaya hal itu lebih mendorong imannya bertambah sempurna dan cintanya kepada beliau ﷺ bertambah besar.
Di antaranya: disebutkan dalam hadits Anas t yang disepakati keshahihannya, sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ رَآنِي فِى الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ بِي, وَرُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِيْنَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ
"Barangsiapa yang melihat aku di dalam tidur, sungguh ia telah melihatku, sesungguhnya syetan tidak bisa menyerupaiku. Dan mimpi seorang mukmin adalah satu bagian dari empat puluh enam (46) bagian dari kenabian.[44]
Dan orang yang datang sesudahnya, yang tidak pernah melihatnya di masa hidupnya,ia tidak mempunyai cara untuk mengenalnya kecuali dengan sifatnya, dan telah disebutkan dengan riwayat yang shahih dari apra sahabat radhiyallahu 'anhum ajma'in.
Di antaranya: Hadits al-Bara` bin 'Azib t, ia berkata, 'Rasulullah ﷺ perawakannya sedang, jauh di antara dua pundaknya, beliau memiliki rambut yang bisa mencapai daun telinganya yang di bawah (tempat anting-anting), aku melihat beliau ﷺ berpakaian merah, aku belum pernah melihat sesuatu yang lebih indah darinya. Yusuf bin Abu Ishaq berkata dari bapaknya: (ke dua pundaknya). HR al-Bukhari.[45]
Dari Jabir bin Samurah t, ia berkata, 'Rasulullah ﷺ dhali' (lebar) mulutnya, asykal kedua matanya, manhus kedua tumitnya. Ia berkata, 'Aku bertanya kepada Simak, 'Apakah maksud dhila' muluatnya? Ia menjawab, 'Besar mulutnya. Ia berkata, 'Aku bertanya, 'Apakah arti asykal matanya? Ia menjawab, 'Panjang belahan mata.' Ia berkata, 'Aku bertanya, 'Apakah pengertian manhus tumitnya? Ia menjawab, 'Sedikit daging tumitnya.' HR. Muslim.[46]
Dari Ali bin Abu Thalib t, ia berkata, 'Rasulullah ﷺ tidak terlalu tinggi dan tidak pula rendah (pendek), lebar dua telapak tangan dan tumit, besar kepalanya ﷺ, besar karadis (otot), panjang bulu dadanya, apabila berjalan beliau ﷺ berjalan cepat seolah-olah turun dari tempat yang tinggi, aku belum pernah melihat sebelumnya dan sesudahnya seperti beliau ﷺ. HR. at-Tirmidzi[47] dan ia berkata: Hadits hasan shahih.
Dan darinya t, ia berkata, 'Rasulullah ﷺ besar (ukuran) kepalanya, besar dua matanya, hadib asyfaar, Hasan berkata –dia salah seorang perawi hadits ini- syifaar adalah mata bercampur merah, tebal jenggotnya, warna kulit bersinar, keras dua telapak tangan dan kakinya ﷺ, dan apabila beliau berjalan seolah-olah berjalan di dataran tinggi. Hasan berkata, 'Beliau berjalan cepat, dan apabila menoleh, beliau menoleh dengan semua tubuh.' HR. Ahmad.[48]
Maksud syatsnul kaff: artinya kasar/keras. Zamakhsyari berkata dalam al-Fa`iq: hal itu merupakan pujian bagi laki-laki, karena menunjukkan kuat otot mereka dan lebih sabar bagi mereka atas kekuatan.[49]
Dan al-Karadis adalah: kepala-kepala tulang. Ada yang mengatakan: yaitu tempat pertemuan dua tulang besar, seperti dua lutut, dua siku, dua pundak, dan maksudnya beliau ﷺ besar ototnya.
Masrubah adalah yang tipis dari bulu dada, yang memanjang ke rongga. Dalam Lisan al-Arab, Sibawaihi berkata: masrubah bukan atas tempat dan bukan pula sumbernya, ia adalah nama rambut/bulu.[50]
Ash-Shabb: yaitu yang menurun dari bumi. Ash-Sha'ad: (Ibnul Atsir) berkata dalam an-Niyahah: 'Seolah-olah turun pada sha'ad', seperti inilah disebutkan dalam riwayat: maksudnya: tempat yang tinggi, menanjak padanya dan menurun… hingga ia berkata: dan ash-Shu'uud: dibaca dengan dua dhammah: bentuk jama' dari sya'uud, yaitu lawan dari hubuth (turun).[51]
Pasal
Menjelaskan kebenaran bersaksi bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I dengan dalil
Adapun kebenaran bersaksi bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I, maka mengandung beberapa perkara, kepala dan dasarnya adalah beriman dengannya. Dan hal itu dengan iman dan keyakinan yang sempurna bahwa beliau ﷺ adalah utusan Allah I yang sebenarnya:
مُّحَمَّدُُ رَّسُولُ اللهِ
Muhammad itu adalah utusan Allah. (QS. al-Fath:29)
Dan sesungguhnya risalahnya ﷺ mencakup semua manusia, bangsa arab dan ajam (non arab), firman Allah I:
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Katakanlah:"Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,. (QS. al-A'raaf:158)
Dan firman Allah I:
وَمَآأَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan,… (QS. as-Saba`:28)
Dan Nabi ﷺ bersabda:
...وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً
"Nabi (sebelumku) khusus diutus kepada kaumnya saja dan aku diutus keapda semua manusia." [52] Muttafaqun 'alaih.
Dan beliau ﷺ juga bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هذِهِ اْلأُمَّةِ يَهُوْدِيّ وَلاَ نَصْرَانِيّ, ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
"Demi diri Muhammad yang berada di Tangan-Nya, tidak ada seorangpun dari umat ini yang mendengarku, yahudi dan nashrani, kemudian ia meninggal dan tidak beriman dengan (ajaran) yang aku diutus dengannya, melainkan ia termasuk penghuni neraka." HR. Muslim.[53]
Bahkan risalahnya ﷺ mencakup bangsa jin juga:
وَإِذْ صَرَفْنَآ إِلَيْكَ نَفَرًا مِّنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنصِتُوا فَلَمَّا قُضِىَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِم مُّنذِرِينَ . قَالُوا يَاقَوْمَنَآ إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنزِلَ مِن بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِّمَابَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُّسْتَقِيمٍ . يَاقَوْمَنَآ أَجِيبُوا دَاعِيَ اللهِ وَءَامِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ . وَمَن لاَّ يُجِبْ دَاعِيَ اللهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي اْلأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِن دُونِهِ أَوْلِيَآءَ أُوْلَئِكَ فِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. * Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al-Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa u yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. * Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah I dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah I akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. * Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah I maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah I di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah I. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata". (QS. al-Ahqaaf :29-32)
Dan termasuk beriman kepada beliau ﷺ: adalah beriman bahwa beliau ﷺ adalah seorang hamba yang tidak disembah dan utusan yang tidak didustakan. Termasuk beriman kepada beliau ﷺ: beriman bahwa beliau ﷺ adalah penutup para nabi dan rasul, dan sesungguhnya kitabnya al-Qur`an adalah kitab terakhir yang diturunkan yang membenarkan atasnya, dan syari'atnya menasakh syari'at-syari'at sebelumnya. Firman Allah I:
مَّاكَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. (QS. al-Ahzaab:40)
Dan firman-Nya ﷺ:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ اْلأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَاْلإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَاْلأَغْلاَلَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.. (QS. al-A'raaf:157)
Dan firman-Nya ﷺ:
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ اْلأِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلأَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran :85)
Semua umat Islam ijma' (konsensus) atas hal itu, dan hal itu terhadap akidah yang tetap dengan yakin. Dan beriman kepada Rasulullah ﷺ disebutkan dalam ayat-ayat secara jelas, yang memutuskan bagi yang mencari alasan. Firman Allah I:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَآءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِن رَّبِّكُمْ فَئَامِنُوا خَيْرًا لَّكُمْ
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Rabbmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. (QS. an-Nisaa`:170)
Dan firman Allah I:
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِ وَيُمِيتُ فَئَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Katakanlah:"Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah I kepadamu semua, yaitu Allah I yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah I dan Rasul-Nya ﷺ, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah I dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. (QS. al-A'raaf:158)
Dan firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ءَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya,... (QS. an-Nisaa`:136)
Bahkan sesungguhnya Allah I telah mengambil perjanjian kepada para nabi untuk beriman kepada Muhammad ﷺ dan membelanya. Tidak ada seorangpun dari mereka, jika ia masih hidup di saat diutusnya beliau ﷺ, kecuali harus mengikutinya ﷺ. Firman Allah I:
وَإِذْ أَخَذَ اللهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَآءَاتَيْتُكُم مِّن كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَآءَكُمْ رَسُولُُ مُّصَدِّقُُ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ قَالَ ءَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُم مِّنَ الشَّاهِدِينَ . فَمَن تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan (ingatlah), ketika Allah I mengambil perjanjian dari para nabi:"Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan bersungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman :"Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu" Mereka menjawab:"Kami mengakui". Allah berfirman:"Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". * Barangsiapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. Ali Imran:81-82)
Dan di antara kebenaran bersaksi bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I: taat terhadap perintahnya ﷺ, membenarkan beritanya ﷺ, dan memenuhi panggilannya ﷺ. Sungguh Allah I menjadikan taat kepada Rasulullah ﷺ sebagai bukti taat kepada-Nya I, dan menyertakan taat kepada-Nya ﷺ dengan taat kepada Rasulullah ﷺ di beberapa tempat dalam kitab-Nya. Firman Allah I:
مَّن يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ
Barangsiapa yang menta'ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta'ati Allah. (QS. an-Nisaa`:80)
Dan firman-Nya:
قُلْ أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
Katakanlah:"Ta'atlah kepada Allah dan ta'atlah kepada Rasul; ". (QS. an-Nuur:54)
Dan firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِى اْلأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ ذَلِكَ خَيْرُُ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an-Nisaa`:59)
Dan Dia I menggantungkan hidayah di atas taat kepadanya ﷺ. Firman Allah I:
قُلْ أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَاحُمِّلَ وَعَلَيْكُم مَّاحُمِّلْتُمْ وَإِن تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَاعَلَى الرَّسُولِ إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِينُ
Katakanlah:"Ta'atlah kepada Allah dan ta'atlah kepada Rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, kewajiban kamu adalah apa yang dibebankan kepadamu.Dan jika kamu ta'at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tiada lain kewajiban rasul hanya menyampaikan (amanat Allah) dengan terang". (QS. an-Nuur :54)
Dan Allah I menjadikan orang yang merealisasikan taat kepada Allah I dan rasul-Nya dalam golongan manusia paling mulia. Firman Allah I:
وَمَن يُطِعِ اللهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلاَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُوْلاَئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. an-Nisaa`:69)
Bahkan Dia I menggantungkan keberuntungan besar di atas taat kepada Allah I dan Rasul-Nya ﷺ, yaitu masuk surga. Firman Allah I:
وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (QS. an-Nisaa`:13)
Adapun membenarkan beritanya ﷺ, itulah kebenaran syahadah (bersaksi), dan syahadah tidak sempurna kecuali dengan membenarkannya. Dan jika tidak demikian, ia seorang pembohong lagi munafik. Sungguh Allah I memuji kaum muslimin karena mereka membenarkan Nabi ﷺ. Firman Allah I:
وَالَّذِي جَآءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.' (QS.az-Zumar:33)
Mujahid, Qatadah, Rabi' bin Anas dan Ibnu Zaid berkata: 'Orang yang membawa kebenaran adalah Rasulullah ﷺ. Dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata: (Dan orang yang membawa kebenaran) yaitu Rasulullah ﷺ dan (dan membenarkannya) ia berkata: kaum muslimin.
Allah I mencela orang yang kufur kepada Rasulullah ﷺ dan memberi ancaman dengan siksa yang pedih. Firman Allah I:
* فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَذَبَ عَلَى اللهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَآءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكَافِرِينَ
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang kafir? (QS.az-Zumar:32)
Dan Dia I berfirman dalam surah al-Muddatsir pada orang yang mendustakan berita Rasulullah ﷺ pada al-Qur`an yang beliau ﷺ datang dengannya. Firman Allah I:
ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا . وَجَعَلْتُ لَهُ مَالاً مَّمْدُودًا . وَبَنِينَ شُهُودًا . وَمَهَّدتُّ لَهُ تَمْهِيدًا . ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ . كَلآ إِنَّهُ كَانَ لأَيَاتِنَا عَنِيدًا . سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا . إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ . فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ . ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ . ثُمَّ نَظَرَ . ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ . ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ . فَقَالَ إِنْ هَذَآ إِلاَّسِحْرٌ يُؤْثَرُ . إِنْ هَذَآ إِلاَّ قَوْلُ الْبَشَرِ . سَأُصْلِيهِ سَقَرَ
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. * Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, * dan anak-anak yang selalu bersama dia, * dan Ku-lapangkan baginya (rezki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya, * kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. * Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (al-Qur'an). * Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. * Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), * maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan, * kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan, * kemudian dia memikirkan, * sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, * kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, * lalu dia berkata:"(al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), * ini tidak lain hanyalah perkataan manusia". * Aku akan memasukkannya ke dalam Saqar. (QS. al-Muddatstsir :11-26)
Bahkan sesungguhnya sunnatullah terhadap orang yang mendustakan para rasul-Nya berlalu pada turunnya siksaan dan kehinaan terhadap mereka. Firman Allah I:
إِن كُلٌّ إِلاَّكَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ
Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan rasul-rasul, maka pastilah (bagi mereka) azab-Ku. (QS. ٍshaad :14)
Dan firman-Nya:
ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتَرَا كُلَّ مَاجَآءَ أُمَّةً رَّسُولُهَا كَذَّبُوهُ فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُم بَعْضًا وَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ فَبُعْدًا لِّقَوْمٍ لاَيُؤْمِنُونَ
Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS. al-Mukminun:44)
Dan dalil memenuhi panggilan dakwahnya ﷺ adalah firman Allah I:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا للهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, …(QS. al-Anfaal :24)
Dia I menyuruh memenuhi seruan Rasulullah ﷺ dan menyertakannya dengan memenuhi seruan Allah I, serta menyebut sesuatu yang dia menyeru kepadanya sebagai suatu kehidupan, karena di dalamnya ada keselamatan dan kesinambungan mereka. Dan kehidupan mereka dengan Islam setelah kematian mereka dengan kufur. Dan Dia I mengancam orang yang tidak memenuhi seruan Rasulullah ﷺ. Firman Allah I:
فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِى الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka).Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. al-Qashash:50)
Di antara kebenaran bersaksi bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah: mencintai, membela, loyal, dan mengagungkannya ﷺ, dan setelah wafatnya ﷺ adalah membela sunnahnya ﷺ.
Dalil mencintainya ﷺ, sabda Nabi ﷺ:
فَوَالّّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ.
"Demi Allah I yang diriku berada di tangan-Nya, tidak beriman (yang sempurna) seorang darimu sehingga aku lebih dicintai kepadanya daripada orang tua dan anaknya."[54]
Dan dalam hadits Anas t, dari Nabi ﷺ:
لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
"Tidak beriman (yang sempurna) seseorang darimu sehingga aku lebih dicintai kepadanya daripada orang tuanya, anaknya, dan semua manusia."[55]
Dan sabdanya ﷺ:
ثَلاَثٌ مَن كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ فِيْهِ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
"Tiga perkara, barangsiapa yang ada padanya niscaya ia mendapatkan manisnya iman: bahwa Allah I dan rasul-Nya lebih dicintai kepadanya dari selain keduanya…" al-hadits.[56]
Dan Allah I mengancam orang yang mendahulukan cinta kepada seseorang –siapapun dia- melebihi cinta kepada Allah I dan rasul-Nya. firman Allah I:
قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah:"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. at-Taubah :24)
Dan tatkala Umar bin Khathab t berkata kepada Rasulullah ﷺ: 'Demi Allah, sesungguhnya engkau lebih kucintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri,' Nabi ﷺ bersabda: 'Demi (Allah I) yang diriku berada di tangan-Nya, tidak beriman (sempurna) salah seorang darimu sehingga aku lebih dicintai kepadanya dari pada dirinya sendiri.' Umar t berkata, 'Maka engkau sekarang, demi Allah, lebih kucintai melebihi cintaku kepada diriku sendiri.' Maka Rasulullah ﷺ bersabda, 'Sekarang wahai Umar.'[57]
Dan dalil menolong dan mengagungkan adalah firman Allah I:
فَالَّذِينَ ءَامَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. al-A'raf:157)
Dan firman Allah I:
إِنَّآأَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا . لِّتُوْمِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً
Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, * supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya.Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (QS. al-Fath :8-9)
Dan firman-Nya I:
ثُمَّ جَآءَكُمْ رَسُولُُ مُّصَدِّقُُ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ
kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan bersungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". …". (QS. Ali Imran :81)
Dan Dia I menggambarkan segolongan kaum mukminin dan memuji mereka dengan firman-Nya:
لِلْفُقَرَآءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانًا وَيَنصُرُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. al-Hasyr :8)
Dan firman-Nya:
إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ
Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya... (QS. at-Taubah:40)
Dan firman-Nya:
لاَتَجْعَلُوا دُعَآءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَآءِ بَعْضَكُم بَعْضًا
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain).. (QS. an-Nur:63)
Dan dalil wilayah: firman Allah I:
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللهُ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ {55} وَمَن يَتَوَلَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). * Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang. (QS. al-Maidah :55-56)
Dan firman Allah I:
إِن تَتُوبَآ إِلَى اللهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِن تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللهَ هُوَ مَوْلاَهُ وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلاَئِكَةُ بَعْدَ ذَلِكَ ظَهِيرٌ
Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mu'min yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. (QS. at-Tahrim:4)
Dan termasuk dalam kebenaran syahadah agung ini: berserah baginya ﷺ, melaksanakan syari'atnya ﷺ, bertahkim kepadanya ﷺ, ridha dengannya ﷺ, dan dalilnya adalah firman Allah I:
لاَ يَسْتَوِى الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُوْلِى الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فَضَّلَ اللهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً وَكُلاًّ وَعَدَ اللهُ الْحُسْنَى وَفَضَّلَ اللهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا
Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak terut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (QS. an-Nisaa:95)
Dan Allah I berfirman dalam menggambarkan orang-orang beriman dan bersaksi dengan mereka:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَّقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili diantara mereka ialah ucapan "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. an-Nur:51)
Dan firman Allah I menjelaskan tentang orang-orang munafik yang menampakkan sesuatu yang berbeda dengan yang mereka sembunyikan:
وَيَقُولُونَ ءَامَنَّا بِاللهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِّنْهُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ وَمَآ أُوْلَئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ . وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُم مُّعْرِضُونَ . وَإِن يَكُن لَّهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ . أَفِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَن يَحِيفَ اللهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ بَلْ أُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Dan mereka berkata:"Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul, dan kamipun ta'at," Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu. Mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. * Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul mengadili diantara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. * Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada Rasul dengan patuh. * Apakah (ketidakdatangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit; atau (karena) mereka ragu-ragu atau (karena) takut kalau-kalau Allah dan Rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. an-Nuur :47-50)
Juga firman Allah I mempermalukan perkara mereka, menegaskan dalam meninggalkan jalan mereka:
أَلَمْ تَرَإلِىَ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ ءَامَنُوا بِمَآأُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآأُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحاَكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَن يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلاَلاً بَعِيدًا . وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَآأَنزَلَ اللهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنكَ صُدُودًا
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. * Apabila dikatakan kepada mereka:"Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (QS. an-Nisaa`:60- 61)
Berhakim kepada syari'at Allah I dan apa yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ di setiap perkara kecil dan besar, setiap individu terhadap diri mereka sendiri, demikian pula para pemerintah dan para pemimpin terhadap rakyat yang berada di bawah tangan mereka, adalah keharusan yang wajib dilaksanakan, tidak ada jalan berpaling darinya bagi seorang mukmin dan muslim. Bahkan ia merupakan kebenaran syahadah bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah I dan sesungguhnya Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I.
Dan di antara kebenaran syahadah yang agung ini –bersaksi bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I- mengikuti dan bercontoh dengannya ﷺ, mengikuti sunnahnya, kembali kepadanya ﷺ di masa hidupnya saat berselisih dan kepada sunnahnya setelah wafatnya, mendahulukan sunnahnya di atas pendapat setiap orang, siapapun dia, dan takut menyalahi dan menentangnya ﷺ.
Firman Allah I:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al-Ahzab: 21)
Dan firman-Nya I:
وَمَآءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَانَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
.Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; …. (QS. al-Hasyr :7)
Dan manakala beberapa golongan mengaku cinta kepada Allah I, Dia I menurunkan ayat cobaan (imtihan) dalam surah Ali Imran, yaitu firman Allah I:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ
Katakanlah:"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu (QS. Ali Imran:31)
Dan Dia I juga berfirman:
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ ذَلِكَ خَيْرُُ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. Ali Imran :59)
Dan firman Allah I:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمُُ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Hujurat:1)
Dan firman-Nya:
وَمَاكَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَمُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولَهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةَ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُّبِينًا
Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. al-Ahzab:36)
Dan firman-Nya I:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS. an-Nur :63)
Ibnu Abbas t berkata, 'Hampir bahwa diturunkan batu dari langit atasmu, aku mengatakan 'Rasulullah ﷺ bersabda' dan kamu mengatakan 'Abu Bakar t dan Umar t berkata'.
Imam Syafii rahimahullah berkata, 'Para ulama konsensus (ijma') bahwa barangsiapa yang sudah jelas baginya sunnah Rasulullah ﷺ, ia tidak boleh meninggalkannya karena ucapan seseorang.
Imam Ahmad rahimahullah berkata, 'Aku merasa heran terhadap suatu kaum yang mengenal sanad dan keshahihannya, mereka pergi kepada pendapat Sufyan, sedangkan Allah I berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS. an-Nur :63)
apakah engkau mengetahui, apakah artinya fitnah? Fitnah artinya adalah syirik. Barangkali apabila ia menolak sebagian sabdanya ﷺ, tercampak dalam hatinya sesuatu dari kesesatan, maka ia binasa.'
Ini adalah ucapan imam Ahmad rahimahullah terhadap orang yang mengikuti pendapat Sufyan rahimahullah, dia adalah ats-Tsauri, imam yang zuhud, ahli ibadah, tsiqah, lagi faqih, apabila pendapatnya menyalahi hadits, maka bagaimana dengan orang yang di bawahnya?
Dan firman Allah I:
وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَاتَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudahjelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. (QS. an-Nisaa`:115)
Dan firman-Nya:
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ شَاقُّوا اللهَ وَرَسُولَه وَمَن يُشَاقِقِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. al-Anfaal:13)
Dan firman-Nya:
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّهُ مَن يُحَادِدِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَأَنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدًا فِيهَا ذَلِكَ الْخِزْيُ الْعَظِيمُ
Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasannya barangsiapa menentang Allah dan Rasuil-Nya, maka sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya, dia kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar. (QS. at-Taubah :63)
Inilah hakikat (kebenaran) syahadah (bersaksi) bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I dengan sedikit perincian dan penjelasan.
Dan sebagian ulama –yaitu Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah- menyebutkan pengertiannya secara umum, ia menyebutkan maknanya: taat terhadap perintahnya ﷺ, membenarkan beritanya, menjauhi larangannya, dan ia tidak menyembah Allah I kecuali dengan yang disyari'atkannya ﷺ.
Pasal Hak-hak Nabi ﷺ terhadap umatnya
Inilah, sesungguhnya nabi yang terpilih mempunyai hak-hak yang besar terhadap umatnya:
Di antaranya: bahwa beliau ﷺ tidak dipanggil sebagaimana semua manusia dipanggil, bahkan dipanggil dengan penghormatan dan adab. Dikatakan: 'Rasulullah ﷺ, Nabiyullah ﷺ, dan tidak dipanggil: Muhammad, atau Muhammad bin Abdullah, dan semisal yang demikian itu. Firman Allah I:
لاَتَجْعَلُوا دُعَآءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَآءِ بَعْضَكُم بَعْضًا
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). (QS. an-Nur:63)
Di antaranya: memohon wasilah kepada Allah I untuk beliau ﷺ, berdasarkan sabdanya:
...ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِي الْوَسِيْلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَتَنْبَغِي إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ وَأَرْجُوْ أَنْ أَكُوْنَ أَنَا هُوَ, فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
…Kemudian mohonlah wasilah kepada Allah I untukku, sesungguhnya ia adalah kedudukan di surga yang tidak pantas kecuali untuk hamba dari hamba-hamba Allah I, dan aku berharap bahwa aku adalah orangnya. Barangsiapa yang memohon wasilah untukku, niscaya untuknya syafaat." HR. Muslim.[58]
Dan di antaranya: mengucap shalawat dan salam kepadanya ﷺ. Membacanya wajib di dalam shalat, bahkan sebagian ulama menghitungnya termasuk rukun shalat yang tidak sah kecuali dengannya.
Sangat ditekankan saat disebut namanya ﷺ, pada hari Jum'at dan malamnya, saat berdoa, dan selain yang demikian itu.[59]
Firman Allah I:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. al-Ahzab:56)
Pasal Dalam menyebutkan sekilas tentang kecintaan para sahabat radhiyallahu 'anhum dan mutaba'ah mereka kepada Nabi ﷺ yang membawa petunjuk dan rahmat
Abu Bakar t adalah manusia yang paling menolong Nabi ﷺ dan paling kuat imannya. Ia mempunyai banyak pendirian yang terbukti, yang menunjukkan kekuatan cinta dan kebesaran imannya.
Di antaranya: yang disebutkan dalam (Riyadh an-Nadhr fi manaqib al-Asyarah) karya Abu Ja'bar Ahmad bin Abdullah bin Muhammad ath-Thabari:
Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Aku Bakar t sahabat dan kekasih Nabi ﷺ. Tatkala beliau ﷺ dibangkitkan, beberapa orang suku Quraisy datang kepada Abu Bakar t. Mereka berkata, 'Wahai Abu Bakar, sesungguhnya sahabatmu ini telah gila.' Abu Bakar t bertanya, 'Ada apa dengannya? Mereka berkata, 'Dia berada di masjid mengajak kepada mengesakan satu tuhan, dia mengaku sebagai nabi.' Abu Bakar t bertanya, 'Apakah dia mengatakan hal itu? Mereka menjawab, 'Ya, dia berada di masjid saat mengatakan. Lalu Abu Bakar t mendatangi Nabi ﷺ, mengetuk pintu seraya meminta beliau ﷺ keluar. Tatkala beliau ﷺ muncul, Abu Bakar t bertanya kepadanya ﷺ, 'Wahai Abul Qasim, apakah yang telah sampai kepadaku darimu? Beliau ﷺ bersabda, 'Berita apakah yang sampai kepadaku tentang aku, wahai Abu Bakar? Ia berkata, 'Sampai berita kepadaku bahwa engkau mengajak untuk mentauhidkan Allah I dan engkau mengaku bahwa engkau adalah utusan Allah I.' Nabi ﷺ bersabda, 'Benar,wahai Abu Bakar, sesungguhnya Rabb-ku I telah menjadikan aku sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, menjadikan aku (sebagai penerus) dakwah nabi Ibrahim u, dan mengutus aku kepada semua manusia.' Abu Bakar t berkata kepada beliau ﷺ, 'Demi Allah, aku tidak pernah merasakan engkau berdusta, sungguh engkau pantas mendapat risalah, karena besarnya amanahmu, engkau menyambung silaturrahim, dan baik perilaku. Ulurkanlah tanganmu, aku membai'at engkau. Maka Rasulullah ﷺ mengulurkan tangannya. Lalu Abu Bakar t membai'atnya, membenarkannya, dan mengakui bahwa yang beliau datang dengannya adalah benar. Demi Allah, Abu Bakar t tidak ragu sedikitpun saat Rasulullah ﷺ mengajaknya kepada agama Islam.[60]
Al-Hakim meriwayatkan dalam al-Mustadrak, dari hadits Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Manakala Nabi ﷺ dijalankan dari Masjidil Aqsha, di pagi harinya Nabi ﷺ bercerita kepada manusia tentang hal itu. Maka murtadlah beberapa orang yang sebelumnya beriman dan mempercayainya, dan mereka membawa berita itu kepada Abu Bakar t seraya berkata, 'Apakah engkau percaya bahwa temanmu (Rasulullah ﷺ) mengaku bahwa dia tadi malam dijalankan ke Baitul Maqdis? Ia menjawab, 'Apakah dia mengatakan hal itu? Mereka menjawab, 'Ya.' Ia berkata, 'Jika ia benar-benar mengatakan hal itu, sungguh ia benar.' Mereka bertanya, 'Apakah engkau mempercayainya? Sesungguhnya ia pergi tadi malam ke Baitul Maqdis dan pulang sebelum subuh.' Ia menjawab, 'Ya, sesungguhnya aku mempercayainya yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya dengan berita langit di pagi atau sore hari.' Maka karena itulah ia diberi gelar Abu Bakar ash-Shiddiq.[61] Al-Hakim berkata: Ini adalah hadits shahih secara sanad dan keduanya tidak mengeluarkannya, dan disetujui oleh adz-Dzahabi.
Dari hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Sedikit sekali hari yang datang kepada Rasulullah ﷺ kecuali beliau datang ke rumah Abu Bakar di salah satu dua tepi siang hari (maksudnya: pagi atau sore hari, pent.). Maka tatkala beliau ﷺ diijinkan keluar untuk hijrah ke Madinah, tidaklah mengejutkan kami kecuali beliau ﷺ datang kepada kami di waktu zuhur. Maka Abu Bakar t diberitakan dengan kedatang beliau ﷺ, ia langsung berkata, 'Nabi ﷺ tidak datang kepada kita di waktu seperti ini kecuali karena perkara yang baru.' Maka tatkala beliau ﷺ masuk kepadanya, beliau ﷺ bersabda kepada Abu Bakar t, 'Keluarkanlah orang yang ada di sisimu. Ia menjawab, 'Yang ada hanya dua putriku (maksudnya: Aisyah dan Asma radhiyallahu 'anhuma). Beliau ﷺ bersabda, 'Aku sudah diberitahu bahwa aku diijinkan keluar (hijrah ke Madinah).' Ia berkata, 'Berteman, wahai Rasulullah. Beliau ﷺ bersabda, 'Berteman.' Ia t berkata, 'Sesungguhnya aku mempunyai dua ekor unta yang kupersiapkan untuk keluar, maka ambilah salah satunya.' Ia berkata, 'Aku telah mengambilnya dengan harga.'[62]
Dan dalam sebagian riwayat: Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, 'Demi Allah, aku belum pernah merasakan sebelumnya sebelum hari itu bahwa seseorang menangis karena saking bahagianya sehingga aku melihat Abu Bakar t menangis pada hari itu.'[63]
Dan riwayat itu ada dalam Musnad Ishaq bin Rahawaih dengan tambahan: 'Sungguh aku melihat Abu Bakar t menagis karena senang.' Setelah ucapan Nabi ﷺ, 'Ya, berteman (bersama-sama).[64]
Di saat hijrah dan di tengah perjalanan, Nabi ﷺ dan Abu Bakar t duduk di gua Tsur, kaum Quraisy mengirim tim pencari jejak untuk menangkap mereka dan menjanjikan hadiah bagi orang datang menangkap Nabi ﷺ. Dan tatkala mereka berada di dalam gua, tiba-tiba tim pencari jejak ada di sekitar mereka, sehingga jika salah seorang dari mereka menoleh ke bawah niscaya ia bisa melihat mereka. Abu Bakar t berkata kepada Nabi ﷺ, 'Demi Allah, jika salah seorang dari mereka melihat ke tempat kedua tumitnya niscaya ia bisa melihat kita.' Maka Nabi ﷺ bersabda, 'Apakah dugaanmu dengan dua orang, Allah I adalah yang ketiga dari keduanya.'
Dalam hal itu, Allah I menurunkan al-Qur`an yang tetap dibaca hingga hari kiamat, firman Allah I:
إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْأَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْهُمَا فِي الْغَارِ إِذْيَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَتَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا فَأَنزَلَ اللهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad ﷺ) maka sesungguhnya Allah I telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:"Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita". Maka Allah I menurunkan ketenangan kepada (Muhammad ﷺ) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah I menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah I itulah yang tinggi. Allah I Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. at-Taubah :40)
Di antaranya: hadits Abu Sa'id al-Khudri t, ia berkata, 'Nabi ﷺ berkhuthbah, beliau bersabda:
إِنَّ اللهَ سبحانه خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللهِ
'Sesungguhnya Allah I memberi pilihan kepada hamba di antara dunia dan yang ada di sisinya, maka ia memilih yang ada di sisi Allah I.'
Maka Abu Bakar t menangis. Aku berkata dalam hatiku, 'Apakah yang menyebabkan orang tua ini menangis? Sungguh Allah I memberikan pilihan kepada hamba di antara dunia dan apa yang ada di sisinya, maka ia memilih yang ada di sisi Allah I. Maka Rasulullah ﷺ adalah hamba tersebut, dan Abu Bakar yang memberitahukan kepada kami.' Beliau ﷺ bersabda:
يَا أَبَا بَكْرٍ لاَتَبْكِ, إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِى صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُوْ بَكْرٍ. وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيْلاً مِنْ أُمَّتِي لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ وَلكِنْ أُخُوَّةُ اْلإِسْلاَمِ وَمَوَدَّتِهِ, لاَيَبْقَيَنَّ فِى الْمَسْجِدِ بَابٌ إِلاَّ سُدَّ إِلاَّ بَاب أَبِي بَكْرٍ
'Wahai Abu Bakar, manusia yang paling aman terhadapku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar, jika aku menjadikan kekasih dari umatku niscaya aku menjadikan Abu Bakar, akan tetapi persaudaraan Islam dan kasih sayangnya. Tidak tersisa lagi satu pintu di masdih kecuali ditutup kecuali pintu Abu Bakar t.[65]
Al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitabnya (al-I`tiqad) dengan sanadnya: sesungguhnya Abu Hurairah t berkata, 'Demi Allah I yang tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, sesungguhnya jika Abu Bakar tidak dijadikan khalifah niscaya Allah I tidak disembah. Kemudian ia berkata: kedua, kemudian ketiga. Kemudian dikatakan kepadanya, 'Diam, wahai Abu Hurairah. Ia berkata, 'Sesungguhnya Rasulullah ﷺ memberangkatkan Usamah bin Zaid t bersama tujuh ratus (700) pasukan menuju Syam (Siria). Maka tatkala singgah di Dzi Khasyab, Nabi ﷺ wafat dan arab badawi di sekitar Madinah murtad. Para sahabat Rasulullah ﷺ berkumpul kepadanya, mereka berkata, 'Wahai Abu Bakar, kembalikan mereka, mereka menuju Romawi (bangsa Romawi yang menguasai Syam), sedangkan arab badawi di sekitar Madinah murtad.' Ia menjawab, 'Demi Allah yang tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, jikalau anjing-anjing berlari di kaki istri-istri Rasulullah ﷺ niscaya aku tidak akan memulangkan pasukan yang diberangkatkan oleh Rasulullah ﷺ, aku tidak akan membuka bendera yang sudah diikat oleh Rasulullah ﷺ.' Lalu ia t memberangkatkan Usamah t. Maka tidak ada satu kabilah yang ingin murtad kecuali mereka berkata, 'Kalau bukan karena mereka mempunyai kekuatan niscaya seperti mereka tidak keluar dari sisi mereka, akan tetapi kita membiarkan mereka hingga mereka bertemu bangsa Romawi.' Maka mereka bertemu bangsa Romawi dan mengalahkan mereka, memerangi mereka dan pulang dengan selamat. Maka mereka tetap di atas agama Islam.[66]
Dan di antaranya hadits Rifa'ah bin Rafi' t, ia berkata, 'Abu Bakar t berdiri di atas minbar, kemudian ia menangis, lalu berkata, 'Rasulullah ﷺ berdiri di tahun pertama di atas minbar, kemudian menangis, lalu bersabda:
اسْأَلُوْا اللهَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فَإِنَّ أَحَدًا لَمْ يُعْطَ بَعْدَ الْيَقِيْنِ خَيْرًا مِنَ الْعَافِيَةِ
'Mintalah maaf dan afiyah kepada Allah I, sesungguhnya seseorang tidak diberikan setelah yakin yang lebih baik daripada afiyat.' HR. at-Tirmdizi dan ia berkata, 'Ini adalah hadits gharib dari jalur ini dari Abu Bakar t.[67]
Di antara pendirian: yang diriwayatkan dalam hadits Anas bin Malik t, ia berkata, 'Tidak ada bagi kami arak selain fadhikh kamu yang kamu namakan 'al-Fadhikh', sungguh aku sedang berdiri menuangi minuman arak kepada Abu Thalhah t, fulan dan fulan. Tiba-tiba datang seseorang seraya berkata, 'Apakah sudah sampai berita kepadamu? Mereka bertanya, 'Berita apakah itu? Ia menjawab, 'Arak sudah diharamkan.' Mereka langsung berkata, 'Tumpahkan bejana ini, wahai Anas.' Ia berkata, 'Mereka tidak bertanya tentang hal itu dan tidak kembali kepadanya setelah berita seorang laki-laki itu.'[68]
Dan dalam hadits Abu Hurairah t, sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda dalam perang Khaibar, 'Sungguh aku akan memberikan bendera ini kepada seorang laki-laki yang mencintai Allah I dan Rasul-Nya ﷺ, Allah I akan memberikan kemenangan lewat kedua tangannya.' Umar t berkata, 'Aku tidak ingin mendapat jabatan kecuali pada hari itu.' Maka aku menampakkan diri karena berharap dipanggil untuknya. Ia berkata, 'Maka Rasulullah sw memanggil Ali bin Abu Thalib t, lalu beliau ﷺ memberikannya kepadanya dan berkata, 'Berjalanlah dan jangan engkau menoleh sehingga Allah I memberi kemenangan kepadamu. Ia berkata, 'Maka Ali t berjalan sedikit kemudian berhenti dan tidak menoleh, lalu ia berteriak, 'Wahai Rasulullah, atas apakah aku memerangi manusia? Beliau ﷺ bersabda:
قَاتِلْهُمْ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلهُ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ فَإِذَا فَعَلُوْا ذلِكَ فَقَدْ مَنَعُوْا مِنْكَ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ
"Perangi mereka sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah I dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah I. Maka apabila mereka melakukan hal itu, berarti mereka menghalangi darimu darah dan harta mereka kecuali dengan haknya dan perhitungan mereka terhadap Allah I."[69] Diriwayatkan oleh Muslim dengan lafazhnya dan asalnya ada dalam al-Bukhari.
Dan dalam hadits keluarnya Nabi ﷺ di masa Hudaibiyah bersama rombongan dari sahabatnya dalam hadits yang panjang, dan padanya: 'Sesungguhnya Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi t -saat itu dia masih musyrik- manakalah ia kembali kepada kaum Quraisy, ia berkata kepada mereka, 'Wahai kaumku, demi Allah, aku sudah pernah menjadi itusan kepada para raja, aku menjadi utusan kepada kaisar (penguasa Romawi), Kisra (penguasa Persia, Iran), dan an-Najasyi (penguasa Ethiopia), demi Allah I aku belum pernah melihat seorang raja yang diagungkan oleh para sahabatnya sebagaimana para sahabat Muhammad mengagungkan Muhammad ﷺ. Demi Allah, tidak pernah ia meludah kecuali jatuh di telapak tangan seorang laki-laki dari mereka, lalu ia menggosokan ke wajah dan kuliatnya. Apabila dia ﷺ menyuruh mereka, mereka segera melaksanakan perintahnya. Apabila dia berwudhu, mereka hampir berkelahi karena memperebutkan bekas wudhunya ﷺ. Apabila ia berbicara, mereka merendahkan suara mereka di sisinya ﷺ, dan mereka tidak pernah memandangnya secara langsung karena mengagungkannya ﷺ…' al-Hadits. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya.[70]
Ini adalah sebagian gambaran agung yang menunjukkan kebesaran cinta para sahabat radhiyallahu 'anhum kepada Nabi ﷺ dan kesungguhan mereka menuruti perintahnya, serta berserah diri baginya.
Dan di belakang pendirian yang telah disebutkan –yang tidak kami sebutkan karena ingin meringkas- ada sikap-sikap agung yang telah dicatat oleh kitab-kitab sunnah dan lestarikan dalam buku-buku sejarah. Mereka adalah para salafus shalih yang harus mengikuti mereka dalam pengenalan mereka terhadap haq Nabi ﷺ dan pengamalan terhadap sunnahnya.
Pasal Menyebutkan sebagian golongan yang menyalahi syahadah bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I.
Wahai para saudaraku di jalan Allah, kami telah menjelaskan kebenaran syahadah bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I, yang barangsiapa yang mengamalkannya dan menekuninya secara lahir dan batin, maka dia adalah orang yang benar dalam syahadahnya, dan barangsiapa yang menyalahinya, sesungguhnya ia berada dalam bahaya besar.
Dan yang menyalahi syahadah ini terdiri dari beberapa bagian:
Satu bagian: tidak beriman dengan risalah Muhammad ﷺ dan mengingkarinya secara umum dan terperinci, karena mendustakan atau ingkar, seperti kondisi orang-orang musyrik.
Bagian lain: beriman dengan risalah Muhammad, akan tetapi mengingkari secara umum, dan ia berkata 'sesungguhnya ia hanya untuk bangsa arab', seperti kondisi sebagian ahli kitab.
Dan dikatakan kepada mereka dan mereka: Allah I berfirman kepada rasul-Nya:
وَمَآأَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, (QS. Saba`:28)
Dan firman Allah I:
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Katakanlah:"Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, (QS. al-A'raaf:158)
Dan firman-Nya I:
قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لاَ يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِئَايَاتِ اللهِ يَجْحَدُونَ
Sesungguhnya, Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat ayat Allah. (QS. al-An'aam: 33)
Dalam penjelasan singkat ini, kami tidak bertujuan membantah mereka dan golongan lainnya secara menyeluruh. Sesungguhnya para ulama Islam telah berbuat baik dalam hal itu dan mengarang kitab-kitab besar, maka barangsiapa yang ingin menambah, silahkan muraja'ah kitab-kitab besar.
Bagian yang lain: bersaksi bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I dan mengaku sebagai muslim, akan tetapi mereka menyalahi hakikat syahadah ini dengan berbagai macam tingkatan kesalahan, sebagiannya lebih besar dari yang lain.
Satu bagi dari mereka: berlebihan dalam ghuluw (penghormatan) padanya ﷺ dan menjadikannya sebagai nur yang azali, yang berpindah-pindah pada para nabi, sehingga datang Nabi Muhammad ﷺ. Dan di antara mereka adalah yang mengira bahwa beliau ﷺ adalah penampakan yang Allah I tajalli padanya. Kita berlindung kepada Allah I.
Pertama: ucapan golongan yang ekstrem dan bathiniyah, juga kaum sufi yang ekstrem.
Kedua: ucapan golongan wihdatul wujud.
Ucapan-ucapan ini adalah kufur yang tidak muncul dari hati seorang mukmin. Sesungguhnya dihiasi ucapan padanya dan memakai baju Islam, untuk menipu kalangan awam. Dan jika bukan karena itu, maka ia menyerupai ucapan bangsa-bangsa yang kafir di masa lalu, seperti keyakinan nashrani terhadap al-Masih dan sesungguhnya ia adalah ilah dalam rupa manusia.
Dan Rasulullah ﷺ adalah seorang manusia dan seorang hamba dari hamba-hamba Allah I. Allah I memilih dan memuliakannya sebagai penutup para nabi dan rasul, pemimpin semua keturunan nabi Adam u. Dan sifat kemanusiaannya menolak segala sangkaan yang batil, yang telah disebutkan sebelumnya.
Firman Allah I:
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا بَشَرٌ مِّثْلَكُمْ يُوحَى إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلاَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah:"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:"Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya". (QS. al-Kahf :110)
Dan Nabi ﷺ bersabda:
إِِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ
"Sesungguhnya aku adalah manusia seperti kamu, aku bisa lupa seperti kamu lupa."[71]
Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan secara pasti atas sifat kemanusiaan Muhammad, dan sesungguhnya memberi keistimewaan kepadanya ﷺ dengan risalah dan kenabian. Adapun ghuluw (berlebihan dalam menyanjungnya) dan mengangkatnya melebihi kedudukannya ﷺ maka hal ini menyalahi hakikat risalahnya dan menyalahi bahwa syahadah bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I.
Dan bagian yang lain: ghuluw pula padanya ﷺ, yaitu memalingkan baginya ﷺ berbagai macam jenis ibadah, seperti: berdoa, khusyu', shalat ke kuburnya, dan semisal hal itu yang murni merupakan hak Allah I.
Dan Nabi ﷺ telah memberi peringatan kepada umatnya dari hal itu dan mempertegas padanya, memulai padanya dan mengulangi. Bahkan al-Qur`an telah menjelaskan sebelumnya. Sesungguhnya Allah I menentukan doa, khudhu' (tunduk), shalat, dan yang semisalnya dari jenis ibadah dengan-Nya I. Firman Allah I:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Rabbmu berfirman:"Berdo'alah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Ghafir :60)
Dan firman Allah I dalam menggambarkan ibadah paling utama:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَكَانُوا لَنَاخَاشِعِينَ
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami. (QS. al-Anbiyaa`:90)
Dan firman Allah I:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. (QS. al-Kautsar:2)
Dan Dia I juga berfirman menyuruh nabi-Nya:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah:"Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupki dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, (QS. al-An'aam162)
Dan Nabi ﷺ bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Umar bin Khaththab t :
لاَتَطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ, إِنَّمَا أَنَا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.
"Janganlah kamu menyanjungku (yang berlebihan) sebagaimana sebagaimana kaum nashrani menyanjung (Isa u) putra Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya, maka katakanlah: hamba Allah I dan rasul-Nya." Muttafaqun 'alaih.[72]
Dan dalam ash-Shahihain, dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, 'Tatkala diturunkan (wahyu) kepada Rasulullah ﷺ, beliau ﷺ melemparkan pakaiannya ke wajahnya. Apabila nafasnya tertahan, beliau ﷺ membukanya. Di saat seperti itu, beliau bersabda:
لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْيَهُوْدِ وَالنَّصَارَى, اِتَّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
"Allah I mengutuk kaum yahudi dan nashrani, mereka menjadikan kubur para nabi sebagai masjid."
Beliau ﷺ memperingatkan apa yang telah mereka perbuat.'[73]
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, 'Kalau bukan karena itu niscaya kuburnya diangkat, namun dikhawatirkan kuburnya dijadikan masjid."[74]
Larangannya ﷺ, tegasnya beliau ﷺ dalam menjadikan kubur sebagai masjid dengan melaksanakan shalat kepada Allah I di dalamnya, dan beliau ﷺ mengabarkan bahwa yang melakukan hal itu mendapat kutukan, padahal tidak menyembah dan tidak berdoa kepadanya. Sesungguhnya hal itu merupakan sarana untuk menyembah dan syirik dengannya. Maka bagaimana dengan orang yang menyembahnya dan bertawajjuh kepadanya, bernazar baginya, tawaf dengannya, menyembelih untuknya, berdoa kepada penghuninya, dan meminta manfaat dan mudharat dari mereka.
Al-Qurthubi rahimahullah berkata, 'Karena alasan inilah kaum muslimin bersungguh-sungguh dalam menutup celah pada kubur Nabi ﷺ. Maka mereka meninggikan dinding tanahnya, menutup semua tempat masuk kepadanya, dan mereka menjadikannya lobang untuk kuburnya ﷺ. Kemudian mereka takut bahwa kuburnya dijadikan kiblat –karena ia menghadap orang-orang yang shalat- maka tergambarlah shalat kepadanya dengan gambar ibadah. Maka mereka membangun dua dinding dari dua sudut kubur arah utara dan memalingkannya, sehingga bertemu di sudut utara, dan memalingkan keduanya sehingga bertemu di sudut segi tiga dari sudut utama, sehingga tidak ada seseorang yang bisa menghadap kuburnya.[75]
Dengan ini jelaslah bahwa Allah I telah menjaga kuburnya ﷺ karena mengabulkan doanya ﷺ:
اللهم لاَتَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنُا يُعْبَدُ
"Ya Allah, janganlah engkau jadikan kuburku sebagai berhala yang disembah."[76]
Dan sesungguhnya orang yang menghadap kepadanya, sesungguhnya pada hakikatnya bertujuan bagi sesuatu yang ada dalam hatinya bahwa ia adalah kubur Nabi ﷺ. Jika tidak demikian, maka tidak mungkin menghadap kuburnya dan tidak mungkin pula sampai kepadanya.
Bahkan, sebagaimana yang dikatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, 'Sesungguhnya sampai kepada kubur Nabi ﷺ tidak mungkin dan tidak diperintahkan.'[77] Dan hal itu setelah dikelilingi tiga dinding.
Dan satu bagian: ghuluw padanya ﷺ dan mengira bahwa beliau ﷺ mengetahui yang gaib, mengetahui kondisi mereka dan apa yang ada atas mereka. Bahkan sebagian mereka mengira bahwa beliau ﷺ menyaksikannya dan berkumpul dengan di saat jaga, bukan di saat tidur.
Ini termasuk mendustakan kitabullah dan kufur kepada Allah I. Firman Allah I:
قُل لاَّيَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ وَمَايَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
Katakanlah:"Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (QS. an-Naml:65)
Dan firman-Nya I:
وَللهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi. (QS. Huud:123)
Dan firman-Nya ﷺ:
عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْكَبِيرُ الْمُتَعَالِ
Yang mengetehui semua yang ghaib dan yang nampak; Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. (QS. ar-Ra'd:9)
Dan Allah I menyuruh nabi-Nya ﷺ:
قُل لآأَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ اللهِ وَلآأَعْلَمُ الْغَيْبَ
Katakanlah:"Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib (QS. al-An'am:50)
Dan firman Allah I menyuruh nabi-Nya ﷺ:
قُل لآَّأَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَاشَآءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَامَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah:"Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. al-A'raaf:188)
Adapun dalil-dalil tentang wafatnya Nabi ﷺ maka sangat banyak:
Di antaranya: firman Allah I:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). (QS. az-Zumar:30)
Dan firman-Nya I:
وَمَاجَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? (QS. al-Anbiya`:34)
Dan di antaranya firman Allah I:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (QS. Ali Imran : 185)
Dan dalam hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dalam cerita wafatnya ﷺ, dan di akhirnya beliau ﷺ bersabda:
'Dalam rafiq (teman) yang tinggi.'[78] Kemudian ruhnya ﷺ pergi.
Dan sebagian manusia: kurang dalam hak Nabi ﷺ dan sunnahnya ﷺ yang shahih. Mereka mengingkari sebagian hadits Nabi ﷺ, terkadang dengan alasan bahwa akal tidak menerimanya. Maka tatkala terjadi kontradiksi pemahaman akal mereka bersama yang shahih sanadnya dari sunnah Nabi yang terpilih ﷺ, mereka melemparkan sunnah di belakang pungguh mereka, karena mereka mendahulukan akal di atas naql (nash, al-Qur`an dan hadits). Dan mereka tidak mengetahui bahwa akal yang benar tidak mungkin ada kontradiksi dengan naql yang shahih. Dan apabila ada dugaan kontradiksi, maka sesungguhnya yang dituduh dalam hal itu adalah akal orang yang menduga terjadi kontradiksi. Dan jika tidak demikian, maka nash yang shahih didahulukan di atas segala kondisi.
Bagian ini adalah golongan manusia yang sesat lagi batil, menyalahi tuntutan syahadah Muhammad Rasulullah ﷺ.
Dan telah lewat penjelasan dalil-dalil dalam hal itu. Dan dikutip perkataan imam Syafii rahimahullah: para ulama konsensus (ijma') bahwa orang yang sudah jelas baginya sunnah Rasulullah ﷺ, dia tidak boleh meninggalkannya karena ucapan seseorang.
Terkadang sunnah ditolak karena dorongan hawa nafsu dan dikuasai nafsu syahwat, dan hal ini sudah banyak di masa-masa terakhir sehingga jadilah yang berbicara dalam perkara-perkara syara' dengan menghalalkan atau mengharamkan justru orang yang bukan ahlinya, ini adalah tindakan kriminal terbesar.
Firman Allah I:
وَلاَتَقْفُ مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. al-Isra`:36)
Dan firman-Nya I:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَالَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَالاَتَعْلَمُونَ
Katakanlah:"Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui"". (QS. al-A'raaf:33)
Inilah, sesungguhnya sebagian manusia adalah yang menyalahi hakikat syahadah bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I dengan sesuatu yang belum menyebabkan kufur, dan sungguh ia sangat berbahaya yang harus berhati-hati darinya.
Di antara hal itu: bersumpah dengan nama Nabi ﷺ, dan ini termasuk syirik kecil yang sarana menuju syirik besar. Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ للهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ
"Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah I berarti ia telah kufur atau syirik.'[79]
Dan dalam hadits lain:
لاَ تَحْلِفُوْا بِآباَئِكُمْ
'Janganlah kamu bersumpah dengan bapak-bapakmu.'[80]
Dan golongan manusia yang lain: menyalahi hakikat syahadah bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah I dengan melakukan bid'ah dalam agama. Dan setiap bid'ah yang dibuat-buat maka ia menyalahi hakikatnya bahwa Allah I tidak disembah kecuali dengan sesuatu yang sudah disyari'atkan. Maka apabila hamba mendekatkan diri kepada Allah I dengan bid'ah berarti ia telah menyalahi tuntutan syahadah.
[1] Shahih Muslim, karya imam Muslim bin Hajjaj an-Naisaburi, cetakan: al-Maktabah al-Islamiyah, Istanbul, Turki (1/74) no. 55.
[2] Shahih Muslim (1/130, no. 145.
[3] Shahih al-Bukhari, karya Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Cet. Al-Maktabah al-Islamiyah, Istanbul, Turki (6/73).
[4] Tafsir ath-Thabari: Jami' al-Bayan fi Tafsir aayi al-Qur`an, karya Abu Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, tahqiq dan komentar Mahmud Syakir, tauzi' Dar at-Tarbiyah wa at-Turaats, Makkah al-Mukarramah (23/639).
[5] Shahih al-Bukhari 5/194, dan Shahih Muslim 4/2114. no hadits (2760) (34) dan ini adalah lafazhnya.
[6] Shahih Muslim 4/2114 , no. 2760, 30.
[7] Shahih al-Bukhari (8/174) dan Shahih Muslim (2/1136) no (1499) dan ini adalah lafazhnya.
[8] Lihat: Majmu' Fatawa karya Syaik al-Islam Ibnu Taimiyah, yang dikumpulkan oleh Abdurrahmah bin Qasim dan putranya (19/99).
[9] Shahih al-Bukhari (4/142) dan ini adalah lafazhnya, dan Sahih Muslim (4/1837), no (2365) (145) dari Abu Hurairah t.
[10] HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak dan ia mensyahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi, dan riwayatkan pula oleh al-Bazzar dan ath-Thabrani dalam ash-Shaghir dengan lafazh: 'Aku diutus sebagai rahmat yang dihadiahkan.' Dan diriwayatkan pula oleh ath-Thabrani dalam al-Ausath, dan asy-Syihab dalam musnadnya: hadits di atas dengan semua jalurnya adalah hasan. Dan dalam shahih Muslim, dari Nabi ﷺ: 'Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai pemberi kutukan, sesungguhnya aku diutus sebagai rahmat.'
[11] HR. Muslim (4/2197), no. (2865) (63).
[12] HR. Muslim (4/1789) no. 2276.
[13] HR. Muslim (1/819) no. (1162) (196).
[14] HR. al-Bukhari (1/2-4)
[15] HR. al-Bukhari (7/94)
[16] HR. al-Bukhari (1/ 120)
[17] HR. Muslim (1/ 377) no. 532
[18] HR. al-Bukhari (5/141, 142)
[19] Referensi yang sama (1/165, 166)
[20] Referensi yang sama (2/106)
[21] Sirah Nabawiyah, karya Ibnu Hisyam, serta ar-Raudh al-Anf syar Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, karya Imam as-Suhaili, tahqiq dan komentar serta syarh Abdurrahman al-Wukayyil (7/578-579)
[22] HR. al-Bukhari (4/163) dan Muslim (4/1825) no. 2349
[23] HR. al-Bukhari (4/253) dan Muslimm (4/1826) no. 2351.
[24] HR. al-Bukhari (4/62) dan Muslim (4/1828) no. 2354.
[25] HR. Muslim (4/1828,1829) no. 2355.
[26] Lihat: Jilaul Afhaam fish shalati was salami 'ala kharil anam, Ibnul Qayyim, tahqiq Masyhur bin Hasan Salman hal. 277.
[27] Shahih Ibnu Hibban dengan susunan Ibnu Balbaan,ditahqiq, ditakhrij haditsnya dan dikomentari oleh Syau'aib al-Arna`uth 14/135, 392) no. 6242, 6475, dari Watsilah bin al-Asqa' t.
[28] HR. at-Tirmidzi (5/308) no. 3148
[29] HR. Muslim 4/1782) no. 2278.
[30] Bidayah as-Sul fi Tafdhil ar-Rasul ﷺ wa syarraf wa karram, karya 'allamah al-'Izz bin Abdul Aziz bin Abdus Salam as-Sulami, tahqiq Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Al-Maktab al-Islami, Beirut –Damaskus, hal. 34.
[31] Shahih Ibnu Hibban, susunan Ibnu Balban, (14/398) no. 6478, dan Musnad Abu Ya'la karya Abu Ya'la Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna al-Mushuli at-Tamimi, Dar al-Basyir (13/480), no. 7493.
[32] HR. al-Bukhari (5/228).
[33] HR. Muslim (1/288, 289) no. 384.
[34] HR. al-Bukhari (6/97) dan Muslim *1/134) no. 152, dari Abu Hurairah t, dan ini adalah lafazhnya.
[35] HR. Muslim (4/2197) no. 2865
[36] HR. al-Bukhari (1/86) dan Muslim (1/370-371), no. 521, dan ini adalah lafazhnya.
[37] Bidayah as-Suul hal. 58.
[38] Musnad, karya Imam Ahmad bin Hanbal asy-Syaibani, cet Maimaniyah-Mesir tahun 1313 H (6/91).
[39] HR. al-Bukhari (4233,234) dan Shahih Muslim (1/267, 268) no. 340 dan 76, ini adalah lafazhnya.
[40] HR. al-Bukhari (3/21).
[41] HR. al-Bukhari (4/166, 167), ini adalah lafazhnya, dan Muslim (4/1813) no. 2327.
[42] HR. al-Bukhari (3/195) dan Shahih Muslim (4/1804) no. (2309) (52).
[43] HR. al-Bukhari (7/102. 119) dan Muslim (3/1692, 1693) no. (2150).
[44] HR. al-Bukhari (8/71,72) dan Muslim (4/1775), no. 2266.
[45] HR. al-Bukhari (4/165).
[46] HR. Muslim (41820), no. 2339.
[47] HR. at-Tirmidzi (5598) no. 3637.
[48] HR. Ahmad (189, 101)
[49] Al-Fa`iq fi Gharib al-Hadits karya Zamakhsyari, cet. Dar al-Fikr (3/377).
[50] Lisan al-Arab, karya Ibnu Manzhur, cet. Ad-Dar al-Mishriyah li at-Ta`lif wa at-Tarjamaj (1/448).
[51] An-Nihayah fi Gharib al-Hadits, karya Ibnu al-Atsir cet. Dar Ihya` at-Turats al-Arabi (3/30)
[52] HR. al-Bukhari (1/86) dan ini adalah lafazhnya, dan Muslim (1/370, 371) no. 521, dari hadits Jabir bin Abdullah t.
[53] HR. Muslim (1/134) no. 153.
[54] HR. al-Bukhari (1/9) dari hadits Abu Hurairah t.
[55] HR. Muslim (1/67) no. (44) (70).
[56] HR. al-Bukhari dan Muslim m
[57] Musnad Ahmad (4/336) dan ini adalah lafazhnya, dan al-Bukhari (7/218).
[58] HR. Muslim (1/289) no. 384 dari hadits Abdullah bin Amr bin Ash t.
[59] Ibnu al-Qayyim rahimahullah menguraikan hal itu secara panjang lebar yang berguna dan bermanfaat dalam kitabnya 'Jala` al-Afhaam fi ash-Shalatu wa as-Salam 'ala Khairil Anaam' pelajarilah di sana.
[60] Ar-Riyadh an-Nadhrah fi Manaqib al-'Asyarah, karya imam Abu Ja'raf ath-Thabari, tahqiq Isa Abdullah Muhammad Mani' al-Himyari, cet. Dar al-Gharb, Beirut, tahun 1996 M, cetakan pertama (1/415).
[61] Al-Mustadrak 'ala ash-Shahihain, karya imam al-Hakim, cet. Dairah al-Ma'arif an-Nizhamiyah di India, tahun 1334 H. (3/62).
[62] HR. al-Bukhari (3/23-24).
[63] As-Sirah an-Nabawiyah, karya Ibnu Ishaq, cet. Dar al-Jabal, tahqiq Thaha Abdurra`uf sa'ad (3/11).
[64] Musnad Ishaq bin Rahawaih, cet. Dar al-Iman, Madinah Munawwarah, tahun 1412 H. (2/584)
[65] HR. al-Bukhari (1/119-120) dan (4/190-191).
[66] Al-I'tiqad wa al-Hidayah ila Sabili ar-Rasyad 'ala mazhab as salaf Ahlus Sunnah wa al-Jama'ah, karya Imam Abu Bakar al-Baihaqi, takhrij dan tahqiq Furaih bin Shalih al-Bahlal, cet. Ri`asah Idarah al-Buhuth al-Ilmiyah wa al-Ifta`, hal. 422-423.
[67] HR. at-Tirmidzi (5/557) no. 3558 dan datang di sisi Ahmad dari jalur yang lain, semua perawi isnadnya adalah tsiqah.
[68] HR. al-Bukhari (5/189), ini adalah lafazhnya, dan Muslim (3/1570-1571) no. 1980.
[69] HR. al-Bukhari (4/207) dan Muslim (4/1871-1872) no. 2405 dan ini adalah lafazhnya.
[70] Shahih al-Bukhari (3/178-184).
[71] HR. al-Bukhari (1/104-105) dan Muslim (1/402) no. (572) (92).
[72] HR. al-Bukhari 4/142.
[73] HR. al-Bukhari 1/112, 4/144, dan 5/140 dan Muslim 1/376 no. 529.
[74] HR. Muslim 1/376, no. 529
[75] Al-Mufhim lima asykala min talkhish kitab Muslim, karya Imam al-Qurthubi, cet. Dar Ibnu Katsir (2/128)
[76] Muwaththa` Imam Malik, riwayat Yahya bin Yahya al-Laitsi, dari 'Atha' bin Yasar secara mursal 414.
[77] Kitab ar-radd 'ala al-Akhna`I wa istihbab ziarah khairil bariyah, az-ziyarah asy-syar'iyah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Cetakan dan publikasi Idarah al-buhuts al-'ilmiyah wa al-ifta` hal. 130.
[78] HR. al-Bukhari 5/138, 139 dan 7/ 192.
[79] HR. Abu Daud 3/570 no. 3251 dan at-Tirmidzi 4/110, no. 1535. dan ini adalah lafazhnya.
[80] HR. al-Bukhari 4/235 dan Muslim 3/ 1267 no. 1646, dari hadits Ibnu Umar t.